KEBERSERAHAN DIRI


DAMAI SEJAHTERA

BLOG INI HANYA UNTUK MANUSIA YANG MENDAMBAKAN PERDAMAIAN DUNIA KHUSUSNYA ANAK-ANAK ABRAHAM AGAR TERCIPTANYA SEBUAH SYSTEM KEHIDUPAN KEBERSERAHAN DIRI, DAMAI DAN SEJAHTERAH

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat/firman (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tiada kita abdi kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Laman

Jumat, 21 Mei 2010

HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA

Bila kita melihat kehidupan manusia hari ini, banyak sekali manusia-manusia meninggalkan fungsi dirinya diciptakan. Status sosial, jabatan, istri yang cantik merupakan tujuan dalam hidup, pemuda-pemudi lebih gemar kehidupan glamour dibandingkan pencarian jati diri mengenal Tu[h]an, didaerah konflik lebih senang melihat darah dibandingkan melihat sesama saling beramah tamah. Yang kaya semakin menampakkan keberingasan dan kebuasan karena merasa ia yang berkuasa, si miskin hanya bisa meratap dan mengelus dada menerima keadaan yang ada, fornografi adalah dalil dari lambing seni, pembunuhan, perzinahan, korupsi merupakan makan sehari-hari dimedia televisi, fanatisme agama dan golongan merupakan dasar acuan yang tak terbantahkan.
Pernakah kita menyadari kenapa hari ini kita bisa tampil seperti ini?? Dengan wajah yang tampan, fisik yang gagah, serta harta yang berlimpah. Ataupun sebaliknya, dengan wajah pas-pasan tubuh cacat, terlahir miskin, lalu kita sombong dan angkuh, serta hidup semaunya saja.
Ada beberapa hakikat penciptaan yang melemahkan ke-EGO-an, sehingga kita merasa lemah, merasa kecil dihadapan-Nya dan membuang jauh rasa sombong yang menghinggapi kita. Salah satunya adalah penciptaan diri kita sendiri.
Dalam Quran surat Al-Insan Allah menjelaskan dengan sangat indah sekali tentang proses kejadian manusia, bahwa inilah pelajaran agar kita dapat memanfaatkan sisa-sisa hidup ini.

1. Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu ketika ia belum dapat disebut apa-apa?
Dari firman Allah diatas sangat nampak sekali bahwa manusia itu adalah makhluk yang baru yang sebelum terlahir dahulunya ia adalah bukan sesuatu yang dapat disebut, atau bisa dikatakan dari sesuatu yang tidak ada harganya. Kejadian manusia dari Adam yang merupakan orang bilang adalah manusia pertama hingga Yesus (Isa) yang banyak diyakini terlahir tanpak bapak sebenarnya tercipta dari unsur-unsur Organik (Mineral) dan unsur anorganik (Kromosom) yang terkemudian berproses menjadi nufah (sperma), yang tersimpan dalam dinding yang kokoh.
Kejadian manusia adalah pelajaran.
Proses kejadian manusia menurut Quran terurai dalam Surat Almu’minun (23) ayat 12-14, Sebagai berikut :

12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah (Keterikatan/Ketegantungan/Kecendrungan), lalu Alaqoh itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Segala sesuatu yang dimakan oleh manusia hakikatnya adalah dari tanah, baik sayur-mayur (nabati) ataupun segala macam daging (Hewani). Dalam ilmu kontemprer biologi unsure tanah yang terdiri dari 103 unsur yang kemudian terserap dan dimakan oleh hewan atau tumbuhan, lalu hewan dan tumbuhan tersebut dimakan oleh manusia, kemudian diproses dan dicerna dalam tubuh, tersisa dari proses tersebut menjadi 13 unsur, (dalam hal ini disebut SULALA) Kata “sulala”, dalam bahasa Arab yang diterjemahkan sebagai “SARI”, berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu, hasil dari sari pati tanah itulah yang terkemudian menjadi Sperma (NUTFAH) (1).

Sebelum proses fertilisasi (baca : pembuahan) terjadi, 40-150 juta sperma terpancar dari si laki-laki, kemudian sperma itu berenang menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur, karena saluran reproduksi wanita yang berbelok belok, dan tingkat kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, serta gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi ,dan juga gaya gravitasi yang berlawanan menyebabkan banya k sel sperma yang gugur.

Dari 40-150 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, hanya akan memperbolehkan masuk SATU sperma saja (disinilah terjadi persaingan yang ketat). Setelah masuk dan terjadi fertilisasi belum tentu si zygot ini (bahasa biologinya : konseptus) menempel di tempat yang tepat di rahim.
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, dan berada dalam uterus, sel telur yang telah mengalami fertilisasi menempel pada ‘endometrium proses tersebut dinamakan IMPLANTASI dan sel-sel tersebut terus berkembang biak dengan membelah diri dalam hal ini disebut ALQOH (2) atau Ketegantungan , Arti kata “‘alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Setelah proses implantasi, sejumlah sel berkembang menjadi plasenta dan sel lainnya menjadi MUDHGHOH (3).

Mudgoh adalah sebuah organ yang lunak, Mudghoh juga digambarkan sebagai lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Dimana tempat mulut hisapanya itu adalah cikal bakal tali pusar (Plasenta). Sekitar 3 minggu pasca ovulasi, mulailah terjadi pembentukan otak, sumsum tulang belakang, dan jantung proses selanjutnya dalam rahim ibu adalah terbentuk tulang belulang, (IZOMAN)(4) yang kemudian terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang itu (LAHMAN)(5).
Prosesnya pembentukan bayi melalui tiga (3) tahapan dimana di dalam Al-quran Surat 39 ayat 6 mengatakan :
6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam TIGA KEGELAPAN. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tu[H]an kamu, Tu[h]an yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tu[h]an selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?

Sebagaimana yang akan dipahami dalam ayat ini, bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu.
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:

- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan (bahasa biologinya disebut lapisan lembaga ektoderm, mesoderm, endoderm )

- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai “embrio”. Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.

- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.

Setelah Proses demi proses telah dilalui dan usia kehamilan mencapai 37 minggu (9Bulan) maka janin siap dilahirkan menjadi bayi proses inilah yang disebut KHOLKON AKHOR (6)(Penciptaan yang Terakhir), Kata akhor /akhir dalam hal ini adalah berupa makluk baru yakni manusia yang sempurna yang terlahir dari rahim ibunya.
Skelumit telah urai proses penciptaan manusia menurut Quran melalui tahap demi tahap, akan tetapi bila kita melihat sudut pandang kaum agamis baik farisi dan saduki mengatakan bahwa ayat 1 surat Al-Insan menurut meraka adalah : pada satu masa dimana pada saat itu manusia belum disebut apa-apa, manusia berkumpal pada sebuah alam yakni alam ruh, ruh-ruh manusia yang dari orang pertama sampai orang terakhir berkumpul di alam itu, hal tersebut didasari oleh pemikiran atau doktrin sokrates dan plato yakni pilsuf yunani, kemudian masuk kedalam ajaran islam. Ulama islam yang mengatakan demikian karena bersandar dari surat 7 (Al-a’raf) ayat 172.

172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",

Mengacu kepada ayat tersebut mereka mengatakan pada satu masa dialam ruh Allah pernah meminta kepada tiap-tiap ruh dari keturunan adam untuk bersaksi, Allah bertanya kepada ruh-ruh tersebut “Bukankah aku Robmu??”,. Mereka menjawab betul engkau rob kami.

Bahwa konsep sebelum dikandung ibunya ia berada dialam RUH, sesungguhnya sudah dapat terbantahkan dari ayat 1 Surat Al-insan itu sendiri, kata yakun  adalah kata yang selumnya tidak ada, yang kemudian menjadi ada artinya memang sebelum proses kejadian dan kelahiran manusia tidak ada sesuatu atau belum dapat disebut , apapun itu kata atau kalimatnya., Di konsep idealisme konsep tersebut tidak dapat diterima karena tidak mungkin dari yang mati menghasilkan yang hidup, harus dari yang hidup menghasilkan yang hidup, akan tetapi Allah mampu menghidupkan dari yang mati. Penafsiran 7/172 mengenai alam ruh adalah warna dari filsuf yunani yakni sokrates dan aristoteles.
Kata anak adam (BaniAdam) adalah orang-orang yang berjalan disirothol mustaqim artinya adalah orang orang yang sesuai dengan surat 4/68-70 yakni Nabiyin, Sidiqin, Suhada, dan Sholihin, yang tentunya meraka telah mengenal tentang Ke ILLAH an, bahwa hanya Allah lah yang menjadi Rob(Pengatur), Malik(Penguasa/Raja), dan Illah (yang diabdi) Karena lawan dari bani adam adalah bani iblis yang tentunya orang-orang yang berjalan di shirotol magdhub waldhollin (Al-Fatiha). Bila Qs: 7/172 dipaksakan maknanya tentang adanya alam roh maka akan bertentangan dengan Qs: 42/52 . sebagai berikut:
52. Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Tatkala Manusia bersaksi bahwa Allah adalah Robnya meraka, maka manusia harus melalui tahap pencarian atau tahap pembelajaran karena yang dikatakan ruh itu adalah Perintah atau Firman Allah (Wahyu). Tahap pencarian dan pembelajaran itulah yang menjadika alquran sebagai cahaya yang mampu menerangi qolbu sehingga faham dari ketidak fahamanya.. Apabila kita memasuki ranah faham idealis sufi seolah-olah quran tersebut tidak perlu karena pada satu masa manusia pernah bersaksi bahwa Allah adalah robnya. Untuk apalagi mempelajari quran toh kita pernah beriman kepada Allah sehingga hiduplah yang normal-normal saja. Apakah seperti itu?? Itulah dalil yang menggungurkan tentang Alam Ruh.

Qs:76/2 Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.
Al-Insan:3. Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

Dari Proses tentang kejadian manusia yang telah diurai diatas dari sulalah kemudian Alaqoh, bermutasi menjadi mudgoh, kemudian menjadi izoman dan dibalut dengan lahman hingga mencapai puncak penciptaan yang mutakhir yakni bayi, prosesnya manusia belum selesai sampai disitu. Dia akan diuji dengan perintah dan larangan.
Dalam sebuah proses manusia menuju kepada Allah ada beberapa tahapan yang harus kita fahami sebagaimana berikut:

1. Tahapan Makluk yang belum dapat disebut (unsure tanah) : Karena sebelum proses penciptaan manusia, ia hanya berasal dari sari pati tanah yang pada saat itu belum dapat disebut apa-apa (hanyalah unsure-unsure organik dan anorganik). Dari sesuatu ketiadaan menjadi ada.

2. Tahapan Hewan / Binatang (Al-haiwan) : Setelah proses 9 bulan (± 37 minggu) dalam kandungan sang ibu kemudian terlahir sebagai makhluk baru, manusia pada saat itu hanya mengedepankan fungsi otak reptilnya saja (Emotional questions /EQ), ketika ia lapar atau haus ia akan menagis dengan pengharapan ada orang tua yang akan melayaninya, belum mampu membedakan mana baik atau buruk yang terpenting baginya adalah hanya untuk kepentingan dirinya. Maka tahapan kedua menuju Allah sebagai robnya pada dasarnya manusia adalah binatang, pada usia ini manusia masih ber ROB kepada orang tuanya. Karena orang tuanyalah pada saat itu yang mengatur, mendidik, memelihara, mengayomi, mengasihi dan menyayangi dan pada saat itu pula orang tua yang menjadi pemimpinya.

3. Tahapan Manusia /Al-Insan : pada usia balig secara jasmani kurang lebih berusia 14 tahun, manusia mulai Mencari jati dirinya melalui tahapan belajar dengan mengedepan kan intelligent questions (IQ) mencerna berbagai macam ilmu, ajaran ataupun doktrin dan mampu membedakan mana baik mana buruk belum mampu membedakan mana benar (Haq) mana salah (Bathil) ketika itupula peralihan orang tua sebagai Rob mulai memudar/berkurang dengan dapat dilihat pada usia itu antara 6-14 tahun si-anak mulai banyak membantah dan melawan orang tuanya. Pada tahapan ke 3 inilah yang nantinya menentukan derajat manusia sebagaimana dalam surat Al-Insan ayat 3:

Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

Dengan bermodalkan EQ (Nafs) Dan IQ (Fuada) manusia mulai memahami tentang fungsi keberadaan dirinya, ia berfikir tentang apa Itu Tu[h]an, dimana tu[h]an, kenapa saya ada, untuk apa saya diciptakan. SQ (Spiritual Questions) mulai memandunya untuk mencari nilai-nilai ke ILLAH an. Dikerahkan segala daya kekuatan berfikirnya untuk, mencari hakikat hidup ini . Sebagaimana firman Allah Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
Qs: 42/51. Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

52. Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Allah menunjuki jalan yang lulus kepada seseorang dengan tiga cara pertama Allah berkata-kata kepadanya Melalui perantaraan wahyu yaitu firman-firman Allah yang telah difahaminya melalui kitab-kitab (kauniyah), kedua melalui belakang tabir yakni alam semesta sebagai ayat kauliyah (Al-bayan) dan yang ketiga adalah melalui seorang utusan-Nya yang dalam hal ini adalah Rosul Allah yang menyampaikan ayat-ayatnya, membersihkan/mensucikan, mengajarkan hukum-kukum kehidupan dan langkah-langkah kebijaksanaan/memimpin. Ketika telah ditunjukinya jalan yang lurus maka terserah manusia, apakah ia bersukur atau kufur Allah pada saat itu hanya bersikap netral.

Ketika ia bersyukur maka akan naik derajatnya menjadi makhluk yang ahsanutaqwim (Sebaik-baik makluk) ketika ia kufur maka ia akan menjadi makhluk yang asfalasafilin (Serendah rendah makluk) yang dalam Qs: 7/179 manuisa itu seburuk-buruk binatang ternak bahkan di perumpamakan seperti anjing (Qs: 7/176)

4. Tahapan Malaikat: Ketika mendengar kata malaikat maka imajinasi kita tergambar sesosok makhluk yang bersayap, mampu terbang kelangit, yang berprilaku sangat baik ada yang memberi rizki, menyampaikan wahyu, mencatat amal baik-buruk, selalu menyebut nama Allah, penjaga surga-neraka dan lain-lain. Malaikat berasal dari kata “Bahasa Arab” malak (Mufrod/tunggal) yang berarti kekuatan Jamaknya adalah malaikah .Ketika seorang manusia telah menerima firman-firman Allah yang telah disampaikan melalui utusanya kemudian ia berjanji setia, setiap nafasnya adalah wahyu Allah, setiap perbuatanya adalah sesuai dengan perintah-perintah Allah, ia mampu terbang kelangit artinya ia telah meninggalkan hayatiddunya (Kehidupan yang rendah) tak ubahnya derajat manusia itu adalah sama dengan malaikat yang selalu ruku’dan sujud kepada Allah

Malaikat identik dengan sayap. Sayap adalah sarana untuk terbang kelangit dan melepaskan dirinya dari gaya grafitasi bumi. Seorang Mu’min yang telah mampu melepaskan gaya grafitasi bumi dalam hal ini hayatiddunya hakikatnya adalah malaikat yang bersayap, Ketika malaikat itu yang tergambar sebagai makhluk jisim latif (Makluk halus) yang tak nampak oleh mata itu hanyalah fakta imajiner manusia, toh kalau memang ada seharusnya manusia dapat melihat dan merasakan keberadaanya siapapun itu orangnya.
Allah seumpama penjual emas.

Perumpamaan Allah sebagai penjual emas adalah sebagai berikut, seorang pedagang emas adalah pedagang yang paling teliti ia akan mengecek dan ricek kembali emas yang akan dibeli dari sipenjual walaupun sipenjual itu membeli emas darinya bahkan lengkap dengan surat-surat yang ia keluarkan dari tokonya. Sorang pedagang emas yang berpengalaman tentunya memulai profesinya sejak lama bahkan ada yang mewarisi dari turun temurun, karena pengalaman yang banyak sudah pasti sang pedagang mampu membedakan mana emas murni mana yang campuran hanya dengan melihat dengan matanya, tetapi kenyataanya tidak!!, sang pedagang akan mengecek dan ricek kembali sesuatu emas yang diterima dari penjual mengujinya dengan campuran zat kimia tertentu tidak lantas hanya dengan melihat atau mendengar kemudian ia yakin bahwa itu emas murni atau campuran.

Allah pun demikian, Walaupun mereka menyatakan beriman kepada Allah tidak lantas Allah berdiam diri, Allah akan terus menguji dan mengujinya sampai benar-benar bahwa emas yang diterimanya murni atau campuran.

Manusia yang telah sampai kepada tahap yang ke 4 yakni mencapai sifat atau jiwa malaikat Allah akan tetap mengujinya sampai Allah yakin hambanya murni dalam mengabdi kepadanya (IKHLAS). Jangan kita mengira setelah sampai pada tahap ke 4 Allah sudah membenamkan cinta kepada hambanya lihat saja kisah pengangkatan Adam sebagai khalifah (Qs: 2/30-35) . Bahwa dalam kisah tersebut ada malaikat-malaikat yang sombong yang tak mau ta’at kepada Allah ketika Allah memerintahkan kepada malaikat untuk tunduk (Sujud) kepada Adam. Karena tidak mau sujudnya / tunduk kepada Adam karena merasa Yang “PALING”/ SOMBONG” Maka jatuhlah ia dalam sebuah gelar yang Allah berikan kepadanya yaitu IBLIS, jadi yang dinamakan iblis adalah malaikat yang tidak patuh kepada Allah karena kesombonganya.
Kecuali adalah Orang orang yang Murni (Ikhlas) dalam mengabdi kepada Allah.

Qs:15/39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang MUKHLIS di antara mereka".
41. Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya)

KESIMPULAN
1. Dari uraian diatas sangatlah jelas bahwa untuk apa manusia menjadi sombong dan angkuh dengan tidak mau mentegakkan Dinullah (Hukum-hukum sang pencipta) padahal ada satu waktu dikala itu manusia adalah sesuatu yang belum dapat disebut.
2. Proses kejadian manusia dapat menggugurkan adanya alam ruh sebagai mana mayoritas manusia hari ini baik itu dari Yahudi, Nasrani, maupun Islam.
3. Proses kejadian manusia telah dijelaskan oleh Allah melalui Alquran 14 abad yang lalu, lantas informasi apa yang diambil hikmahya oleh Muhammad pada waktu itu, apakah ayat-ayat penciptaan manusia yang tertulis dalam quran agar Muhammad hanya menjadi dukun beranak atau bidan??, Tidak!!!! Tentunya dibalik proses penciptaan manusia ada hikmah yang paling mendasari dalam penegakkan hukum Allah dibumi. “Allah menciptakan dan membangkitkan sebuah komunitas prosesnya bagaikan menciptakan satu tubuh”.
4. Proses menuju cintanya kepada Allah melalui beberapa tahapan dan ujian, Allah tidak akan tinggal diam dan membiarkan begitu saja orang-orang yang berkata bahwa kami telah beriman padahal meraka belum di uji, sampai benar-benar Allah memisahkan mana orang yang murni dalam mengabdi kepadanya mana orang yang fasik dihadapanya.
5. Hukum sunatullah mencatat bahwa proses penciptaan manusia harus melalui tahapan demi tahapan, yang dimulai dari pembuahan sel sperma laki-laki bertemu dengan indung telur sang ibu kemudian berproses sampai lahirnya bayi kedunia, itu adalah hukum yang tidak dapat terbantahkan, maka bila ada seseorang yang lahir tanpa bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur perempuan berarti Allah sudah melanggar hukumnya sendiri, berarti Allah tidak konsisten atau dengan kata lain Allah“FASIQ” Apakah penciptaan Adam dan Yesus (Isa) Allah harus melanggar hukumnya sendiri?????....
6. Apakah setelah proses kejadian manusia tersebut anda masih berfikir Allah yang menciptakan manusia atau manusia yang menciptakan Allah?.
7. Berusahalah menjadi orang-orang yang Ikhlas, karna hanya orang yang ikhlas yang menjadi penghuni jannah (Kebun).
8. MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMANNYA.

Jumat, 14 Mei 2010

keturunan dari istri ke 3 abraham keturah

Menurut sebuah manuskrip kuno, bangsa Melayu berasal dari keturunan Nabi
Ibrahim dgn isteri ketiga beliau bernama Siti Qatura/Keturah.

Setelah kewafatan Sarah, Nabi Ishak a.s. telah merayu Nabi Ibrahim a.s.
untuk berkahwin dengan ibu angkat beliau dari kerajaan Champa Kuno (bukan
Champa Baru di era Angkor). Akhirnya Nabi Ibrahim a.s. bersetuju dan
berkahwin dengan Siti Keturah dan telah dikurniakan Allah 6 orang anak
- Zimran, Jokshan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah. Anak-anak mereka inilah
menjadi pengasas kepada bangsa Melayu.

Melayu diambil dari perkataan 'Mala' (nama bangsa asas Keturah). Nama ini
sama dengan nama yang tertulis dalam manuskrip yang dikaji oleh Ralph
Olssen. Bukan itu sahaja, keturunan Keturah inilah yang ramai tinggal di
Tanah Melayu, Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi dan Mindanao. Kesemua tempat
ini merupakan tempat yang mempunyai tulisan purba yang diadaptasi dari
tulisan Semitik Purba. Tulisan Rencong adalah tulisan rasmi Melayu.Jawa dan
Bugis juga mempunyai tulisan yang hampir serupa. Agama rasmi Melayu adalah


agama Jawi. Agama Jawi adalah agama Nabi Ibrahim a.s. Penggalian di sebuah
daerah di Jordan menemukan kota purba yang bernama Jawi/Jawa.

Keturah bukanlah Melayu. Walaupun beliau melahirkan bangsa Melayu, Keturah
adalah daripada bangsa Mala. Melayu adalah bangsa Mala yang mempunyai darah
keturunan Nabi Ibrahim a.s.

Semua bangsa seperti Jakun, Iban, Kadazan, Melanau, Bajau, dan seumpamanya
adalah merupakan bangsa asal Mala. DNA bagi bangsa ini adalah 01m-19a. Ini
menerangkan Keturah mungkin berasal dari satu kerajaan purba yang sedia ada
di Timur ketika zaman Nabi Ibrahim a.s.

Bagaimana Ptolemy boleh mengetahui peta lengkap Semenanjung Tanah Melayu
pada abad kedua Sebelum Masehi berserta gelaran Golden Chersonese
(Semenanjung Emas) padahal mengikut sejarah moden orang-orang Barat hanya
sampai di dunia sebelah sini selepas ekspedisi penjelajah Sepanyol dan
Portugis seperti Magellan? Sama seperti Piri Reis yang membuat peta paling
misteri di dunia berdasarkan manuskrip peta-peta kuno, Ptolemy juga mendapat
sumber yang sama,dari manuskrip peta-peta kuno lama sebelum era Yunani,
sebahagiannya dari era Firaun kuno.

Suku kaum Aryan ini adalah kaum pahlawan yang memiliki kepakaran dalam
kesusasteraan Vedic India/Parsi.Para sarjana geneologi dan antropologi telah
mengkaji kaum Aryan ini sejarahnya dapat ditelusuri sehingga kerajaan purba
Scythia iaitu satu kawasan yang melewati perbatasan Parsi-India,lebih utara
dari Bactria.

Ramai sarjana mempercayai agama purba Zoroester berasal dari timur Iran di
mana kaum Kambuja berasal.

Beberapa sarjana telah menjejak misteri kaum Aryan ini sehingga ke inkripsi
purba Iran yang ada menyebut nama Kambujiya,satu keturunan diraja.Kambujiya
adalah nama dalam Parsi Kuno.Nama Kambujiya di dalam bahasa Yunani ialah
Cambyses. Kambujiya atau Kambaujiya adalah nama kepada beberapa raja-raja
Parsi dalam dinasti Achaemenid.

Emperor Cambyses adalah warisan dari Madayu (Mada,Medes,Madyan,Midian,Medea)
telah memerintah lebih lama sebelum Cyrus The Great menaiki takhta.

Lihat puzzle setakat ini:
Keturah,
Nabi Ibrahim,
Jawi,
Cambyses
Kambuja
Scythia
Manessah
Mala
Malai
Mada
Mada-yu
Mala
Mala-yu

Siapakah The Lost Tribe of Mala? Apa kaitan The Lost Tribe of Israel
(Manessah dari jurai keturunan Joseph/Nabi Yusof) dengan bangsa Mala? Apakah
yg berlaku antara bangsa Melayu dan Yahudi 2,000 tahun sebelum masehi? Jika
Red Indian dan Tanah Amerika bukan 'The Promised Land' jadi dimanakah 'The
Promised Land' sebenar?

"Menurut Ibnu Athir, seorang ahli sejarah Islam terkenal, bangsa Melayu
dikatakan berasal dari keturunan Nabi lbrahim a.s. Bangsa Melayu, menurut
beliau, ialah Bani Jawi, iaitu keturunan lbrahim a.s., dari isterinya yang
ketiga bernama Qatura. Bagi anak-anak dari keturunan Qatura ini, baginda
telah memerintahkan agar berpindah ke timur dengan memberikan
bekalan-bekalan yang perlu bagi memulakan hidup baru, maka mereka pun
meninggalkan tanah Kanaan untuk berpindah ke timur. Dikatakan bahawa Nabi
Ibrahim a.s, itu melahirkan tiga keturunan yang besar, pertama ialah bangsa
Arab, dari keturunan anaknya Ismail a.s, kedua ialah bangsa Israel dari
keturunan Ishak a.s, dan ketiga ialah bangsa Melayu (Bani Jawi) dari
keturunan anaknya menerusi perkahwinan dengan Qatura. Sejak dari zaman
dahulu lagi orang-orang Arab memanggil kepulauan Tanah Melayu ini sebagai
Tanah Jawi. Bani itu bererti anak-anak atau keturunan, sebagaimana juga nama
Bani Lavi (Levi) dari puak Israel (ibid)."

Minggu, 09 Mei 2010

MELURUSKAN DOKTRIN TRINITAS


Kaum misionaris Kristen senantiasa mengajarkan bahwa Tuhan itu terdiri atas tiga pribadi dalam satu substansi atau yang lebih dikenal dengan istilah Trinitas atau Tritunggal (Bapa, Anak/Yesus, dan Ruh Kudus). Dari manakah dasar ajaran dan keyakinan ini? Adakah tertulis dalam Alkitab/Bibel?

Pada bagian ini kita akan mencermati apa yang dikatakan Alkitab tentang konsep ketuhanan. Tentu saja dalam pembahasan ini kita harus memisahkan antara ajaran (Doktrin) dan keyakinan tentang Trinitas dengan apa saja yang dikatakan Alkitab tentang konsep ketuhanan .
1. Bapa/Allah.    Perjanjian Lama secara tegas menyatakan bahwa tidak ada tuhan-tuhan lain bagi umat Israel kecuali Allah. Akulah Tuhanmu, yang telah membebaskanmu dari negeri Mesir, keluar dari tempat perbudakan; engkau tidak ada memiliki tuhan-tuhan lain selain Aku. (Keluaran 20:2-3 - al. Douay-Rheims Bible 1582 M & King James Version 1611 M)  Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia. (Ulangan 4:35) Bahkan, dalam Perjanjian Baru, Yesus sendiri menyatakan secara tegas bahwa Tuhan itu hanyalah Allah saja. Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (Markus 12:29)  Jawab Yesus: "Mengapa engkau memanggilku Guru yang baik? Hanya Satu yang baik, yaitu Allah. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah-Nya. (Matius 19:17 - al. Douay-Rheims Bible 1582 M & King James Version 1611 M).  inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3).  Konsep ketuhanan dan keesaan Allah ini sangat jelas dikatakan oleh Alkitab.
Dari sudut pandang berbeda, haruslah bijak dalam memahami  konsep trinitas tersebut. Kata Bapak sebagai ganti Allah merupakan Amsal (Perumpamaan) dimana butuh pentafsiran yang mendalam agar kita memahami hakikat dari kata-kata/kalimat itu . Penggunaan kata Allah kepada Bapak dikarenakan sebagaimana fungsi Bapak. Dalam sebuah kehidupan rumah tangga, yaitu sebagai pemimpin dari sebuah komunitas dalam rumah tangga, sebagai pengayom, Pembina, pelindung, pendidik, pengatur, pemelihara. Karena masalah fungsi itulah penggantian kata Allah ke Bapak  dipergunakan. Bukan berarti ketika ada kata bapak menjadi subtansi yang berbeda ketika memahaminya sebagai mana mayoritas kaum Kristen sekarang ini.
2. Anak Allah.    Frasa "anak Allah" banyak ditemukan dalam Alkitab. Namun demikian, Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa "anak Allah", siapa pun dia, memiliki kesetaraan dengan Allah. Tampaknya, Alkitab hanya ingin menggambarkan bahwa siapa saja yang memiliki hubungan kedekatan secara spiritual dengan Allah dianugerahi gelar sebagai "anak Allah". Simak lah firman Allah berikut ini : Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; (Keluaran 4:22) Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi Bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku. (Yeremia 31:9).
Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, anak Allah. (Markus 1:1) anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah. (Lukas 3:38) Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9) Selain itu, Alkitab juga menggambarkan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan kedekatan secara sepiritual dengan Allah dianggap menjadi satu kesatuan dengan Allah. Yesus berkata: Bapaku, yang memberikan mereka kepadaku, lebih besar daripada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu. (Yohanes 10:29-30). Dan bukan untuk mereka ini saja aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku ... Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi aku ... dan aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaku ada di dalam mereka dan aku di dalam mereka. (Yohanes 17:20-21,23,26)

Singkatnya, Alkitab mengatakan bahwa yang disebut "anak Allah" tidak hanya menunjuk kepada pribadi tertentu, tetapi bahkan meliputi segenap umat dan makhluk tertentu). Sebagian besar umat Kristen menuhankan Yesus bersandarkan pada ayat berikut: Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibunya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Ruh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. (Matius 1:18)Umat Kristen berkeyakinan bahwa Ruh Kudus adalah Ruh Allah atau Allah sendiri, karenanya, bisa dipahami bahwa Yesus merupakan pengejawantahan dari Ruh Kudus atau Allah.
Namun demikian, Alkitab mencatat tentang peristiwa kelahiran Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) yang tidak kalah ajaibnya dibandingkan dengan peristiwa kelahiran Yesus dari perawan Maria. Konon, Yohanes Pembaptis lahir dari seorang perempuan mandul yang sudah tua bangka, namanya Elisabet, istri Nabi Zakharia. Peristiwa kehamilan Elisabet ini, dijelaskan dalam Alkitab, tidak terlepas dari bantuan penuh Ruh Kudus. Konon, Yohanes Pembaptis diperkuat oleh Ruh Kudus mulai dari rahim ibunya. Berikut petikan ayat-ayatnya: Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet ... Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya ... Tetapi malaikat (Gabriel/Jibril) itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes ... Sebab ia (Yohanes) akan besar di hadapan Tu[h]an dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Ruh Kudus mulai dari rahim ibunya ... Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Ruh Kudus. (Lukas 1:5,7,13,15,41).  Jika kita mau konsisten, maka kisah kelahiran Yohanes Pembaptis di atas tidak kalah ajaibnya dengan kisah kelahiran Yesus menurut Alkitab. Keduanya, memiliki kualifikasi yang sama, yakni sama-sama berkat campur tangan langsung Ruh Kudus. Bedanya, jika Yesus lahir dari seorang perawan muda, maka Yohanes Pembaptis lahir dari seorang perempuan mandul yang sudah tua bangka. Keduanya tidak mungkin lahir tanpa bantuan langsung Ruh Kudus.  Jika Yesus dianggap Tuhan karena kejadiannya oleh sebab campur tangan langsung Ruh Kudus, maka, mengapa umat Kristen tidak menuhankan Yohanes Pembaptis, yang juga kejadiannya oleh sebab campur tangan langsung Ruh Kudus?
Dari uraian tersebut diatas tak henti-hentinya penulis mengajak saudara-saudara bersikap bijaksana dan penuh hikmah dalam memahami istilah “Anak Allah”. Anak adalah buah dari persetubuan seorang laki-laki dan perempuan, dalam prosesnya pembentukanya  Sperma bertemu dengan indung telur lalu terjadilah pembuahan (Alqoh),  Kemudian menjadi mudgoh (Organ yang lunak yang menempel didinding rahim) Lalu berproses menjadi Izoman (Organ lunak yang menempel berproses menjadi rangka /Tulang) Kemudian dibalut dengan daging (Lahman), pada saat waktunya  ia akan menjadi makhluk lain yakni yang lahir menjadi bayi. (Manusia). Qs: 23/12-14.
Dalam perkembanganya Manusia yang baru lahir tak lepas dari campur tangan orang tua, orang tuanya yang mendidik, mengayomi, melindungi, memelihara dan menjadi pengaturnya sehingga orang tua fungsi sebagai ROB pada waktu itu. Hingga Anak mencapai usia 6 sampai 14 tahun mulailah fungsi orang tua sebagai rob mulai beralih, bisa dilihat pada usia itu anak mulai membangkang dan melawan orang tuanya, seiring perkembangan kemajuan pencarian jadi dirinya, bahwa fungsi orang tua sebagai rob harus beralih kepada fungi Allah sebagai robnya manusia,  tentunya ketika sang anak sudah mulai mengedepankan qolbunya untuk berfikir tentang mana haq dan bathil.
Kata “Anak Allah” adalah Amsal / perumpamaan, bahwa seorang anak sudah sepatut dan selazimnya selalu mentaati orangtuanya. Yang dalam hal ini Orang tuanya adalah Allah. Jadi pengenaan dan penggunaan Kata “Anak Allah” adalah kepada manusia, yang  dibawah bimbingan, aturan, pemeliharaan, kepemimpinan Allah.
Persepsi akan berubah manakala Penggunaan kata “Anak Allah” yaitu anak Biologis (Bukan Anak ruh). Karena hal tersbut akan melanggar hukumya (Firman) sendiri  ketika Allah sebagi Al-Kholik (Pencipta) sama dengan ciptaan-Nya (Makhluk)   Qs: 16/17. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
3. Ruh Kudus.. Simak ayat berikut: Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Ruh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kejadian 1:2). Ruh Allah sebagaimana tersebut dalam ayat di atas (Perjanjian Lama) bermakna Allah sendiri. Demikian juga dengan ruh Allah sebagaimana tersebut dalam pesan Yesaya berikut ini: Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh ruh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. (Yesaya 42:1). Ruh Allah dalam pesan Yesaya di atas bermakna ruh ciptaan Allah. Allah telah menentukan "orang pilihan"-Nya dengan memberikan ruh kepadanya. Makhluk hidup seperti malaikat, jin, manusia, dan binatang semuanya memiliki ruh yang diciptakan oleh Allah. Namun demikian, hanya tertentu saja dari mereka yang menjadi "orang pilihan"-Nya. Berkenaan dengan pesan Yesaya di atas, Perjanjian Baru secara khusus menyebut istilah ruh Allah berikut ini:  Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat ruh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari langit yang mengatakan: "Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan." (Matius 3:16-17) Ayat Matius tersebut sebenarnya merupakan pesan dari Yesaya di atas.  Perjanjian Lama Bahkan, dalam Perjanjian Baru sendiri, dengan mengkontraskan Matius 1:18 dan Lukas 1:26-27 dapat diidentifikasi bahwa Ruh Kudus sebenarnya adalah malaikat Gabriel/Jibril.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Ruh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (Matius 1:18) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (Lukas 1:26-27) Ringkasnya, identifikasi yang paling mungkin atau bahkan paling tepat tentang pribadi Ruh Kudus adalah malaikat Gabriel. Malaikat Gabriel adalah malaikat yang mempunyai tugas sebagai penyampai wahyu/ilham/pesan dari Allah kepada orang-orang tertentu yang menjadi pilihan Allah di muka bumi. Sebagai mana Al-Quran berkata : Qs: 26 / 192-194. 
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
Dalam hal ini perlu dijelaskan ketika malaikat Gabriel/Jibril menghampiri Maria, dengan menjanjikan Ruh Kudus:Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Ruh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, anak Allah. (Lukas 1:34-35).
Masalah perdebatan tentang Ruh sudah ada dari dulu sebagaimana Al-Quran Surat 17 (Al-Isro) Ayat 85 mengatakan :  Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk printah (Urusan) Tu[h]an-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." Dari firman Allah diatas  “Mereka bertanya  tentang  RUH” siapa yang bertanya waktu itu kepada Muhammad??? Yaitu para Ahli kitab yahudi dan nasrani karena meraka (Ahli kitab) sudah tidak memahami istilah ruh, istilah RUH berubah menjadi ROH yang dipersepsikan sebagai NYAWA yang menghidupkan orang.   Ketika itu Allah memerintahkan kepada Muhammad, Jawablah!!!.... Bahwa Ruh itu adalah PERINTAH Rob Ku. Di ayat lain Qs: 42/52 Allah berkata :  Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan PERINTAH Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Bila kita Fahami Ruhul Kudus adalah dua kata yang digabung menjadi satu yakni Ruh Dan Kudus, sebagaimana pembahasan diatas Ruh adalah perintah /Wahyu sedangkan Kuddus adalah suci. Jadi Ruhul Quddus  bermakna adalah perintah  Suci yaitu perintah-perintah atau aturan-aturan Allah yang suci. Yang termaktub dalam kitab-kitab Allah baik yang tersirat maupun yang tersurat  dengan kata lain Ruhul Quddus itu adalah wahyu yang menghidupkan manusia dengan perintah-perintah-Nya.
Kesimpulan:
Trinitas yang dalam istilahnya adalah Mabadi Tsalasa (Tiga Keterkaitan) adalah Ajaran Allah yang Hak, bila kita memahaminya Sebagai berikut: Ketika Ada seorang manusia yang tingkah laku, perbuatan dan ucapanya sesuai dengan Firman-Firman Allah/Ruhulloh (Dengan kata lain kesurupan Allah), Berarti ia adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, (Allah yang bermanunggaling/menjadi satu dengan manusian), (Hakikat Bapak (Allah) & Ruhul Quddus). Dan didalam hidupnya Ia selalu dipimpin Oleh Bapak ( Allah), berdasarkan perintah Bapak (Allah) (itulah Hakikat Anak Allah). Anak ruh, bukan anak biologis.  Sebagai mana Ucapan Syaikh Siti Jenar “ Manunggaling kawula gusti Allah” Ketika manunggalnya /Bersatunya Allah dengan Manusia Ia adalah Allah yang turun ke bumi menjelma menjadi manusia, kemudian ia bisa berkata “Ana Al-Haq” (Akulah yang haq ).

Rabu, 21 April 2010

SISTEM YANG MENYERET MERAKA

Suatu ketika selesai pengkajian dari rumah teman, waktu itu kira-kira pukul 01.00 pagi saya pamit kepada tuan rumah izin untuk pulang, karena memang sudah tidak memungkinkan untuk berlama-lama, karena rumah teman letaknya di pinggir jalan dan tak jauh dari halte bis tersebut. ku putuskan pulangnya untuk naik angkot, walupun tuan rumah menawari ku untuk mengatarnya dengan motor, tetapi ku menolaknya dengan alasan takut membuatnya repot. tak berapa lama menunggu di halte bis, datanglah sebuah angkot yang saya harapkan.

dengan sedikit rasa kantuk, ku angkat kakiku menaiki angkot dan duduk tepat di belakang supir, dalam angkot itu ada seorang wanita muda berusia 30 tahun-an dengan dandanan yang sangat molek dan pakain yang sangat menarik perhatian lelaki, dengan rokok di tangan dan mata sedikit merah serta tubuh tampak terlihat letih, dihisapnya rokok dalam-dalam dengan mata sedikit meram-melek seolah-olah terasa butul nikmatnya asap rokok tersebut. mataku menatapnya dengan trawangan yang kosong karena rasa kantuk yang mendalam usai pengkajian tersebut.

Mungkin dengan tatapanku yang kosong ditambah sedikit melamun tanpa tersadar arah wajahku menatap ke perempuan tersebut, karena merasa aku menatapnya kemudian ada respon darinya. lalu ia menegurku (Dengan nada sedikit menggoda), memang pada waktu didalam angkot hanya kami bertiga dengan sopir. lalu berlanjutlah percakapan kami....

Perempuan :" hai..... Kenapa mas??... "

karena sedang melamun, aku tersentak kaget lalu ku jawab
Saya : " Oh.. nga apa-apa".
Perempuan : "ML yu...?? nanti saya service habis , pokonya nga kecewa dech...
Saya : "Oh nga mba??.."
Perempuan : "Jangan panggil saya Mba!!, Panggil aja Lisa... Ayo doong sebelum pagi nich (Katanya)
Saya :" Nga ah Mba..." Jawabku pelan.

Tak berapa lama kemudian, aku berfikir kenapa dia mau melakukan itu?? apakah tidak takut dosa??... dalam hati ku bertanya-tanya. Lalu kuberanikan diri untuk bertanya langsung kepadanya, dari pada su'udzon.(Berperasanga buruk)

Saya :" Maaf mba??.... apakah mba lisa seorang pekerja sek komersial" (PSK) ??? (Tanya saya).
Perempuan : "Iya..." (Jawabnya santai tanpa ada rasa malu sedikitpun))
Saya : "Mba lisa tidak takut berdosa???...."
perempuan ; "kenapa takut??..!!" (Jawabnya).

lalu ku terdiam sejenak, dalam hatiku bertanya-tanya, Kok ada ya ?? orang yang jelas-jelas berbuat dosa dan menyadarinya tetapi ia tidak takut ,.... lalu ku bertanya lagi karena penasara apa motifasinya menjawab pertanyaan ku seperti itu..

Saya : (Dengan nada yang datar dan rendah ku bertanya kepadanya) " Mba lisa tidak takut terkena Aids ??? ....
Perempuan : "Kenapa juga harus takut" Jawabnya mudah..

Lalu ku semakin bingung dan penasaran, pertanyaan-pertanyanku dijawab dengan mudah dan entengnya, seperti seseorang yang tak takut sama sekali denga adzab dari Allah. Ku beranikan bertanya lagi.... Kali ini pertanyanku melalui pendekatan spiritual.

Saya : "Mba seorang yang beragam??"
Perempuan : "Ya .. Islam " jawabnya.
Saya : "Kenapa mba tidak takut sama sekali dengan dosa, padahal diajaran islam itu adalah perbuatan dosa besar (Tanyaku) ?? ... padahal mba sadar bahwa apa yang mba lakukan adalah sebuah pekerjaan yang sangat dilarang Allah..

Lalu dengan sedikit melotot perempuan tersebut menjawabnya dengan lantang.....

Perempuan : " Begini mas.... Kalau saya tidak menjual diri, anak dan ibu saya mau makan apa?? sedang kami hanya hidup bertiga, tidak ada yang mencari nafkah selain saya... Sedangkan para tetangga apa peduli meraka.... Mereka sibuk dengan urusan masing-masing, tidak peduli ketika kami lapar atau sakit.

Saya : " Maaf mba bukan bermaksud saya menyinggung perasaan mba, saya mohon maaf..." (Ucapku untu menenangkan dirinya...)

Kemudian tak berapa lama situasi mulai reda, ku beranikan diri untuk bertanya kembali, karena rasa penasaranku untuk mengetahui psykis perempuan tersebut agar saya benar-benar bisa menjiwai kondisinya..

Saya : "Maaf mba... sekali lagi ma'af...saya hanya ingin mengetahui alasan mba, semoga mba tidak marah kepada saya.... Bukankah ada pekerjaan lain selain pekerjaan ini.???.

Perempuan : Sambil menghisap rokonya ia Menjawab: " Pekerjaan apa lagi mas?? saya cuma lulusan SD, mau kerja apa?? Paling pembantu (Jawabnya), Mana cukup gajinya untuk membayar kontrakan, belum mensekolahkan anak dan menanggung orang tua yang hidup bersama saya, sedangkan suami pergi entah kemana meninggalkan saya berserta anak.

Saya : "Tidak takut kena aids,???.." Tanyaku mengulang pertanyaan diatas.

Perempuan :"Kalau saya kena Aids paling 5 samapi 10 tahun baru saya mati. Tapi bila tidak ada uang, 2 sampai 3 hari anak dan ibu saya mati kelaparan, dan itu pasti mas..." Jawabnya.
"Saya berbuat seperti ini karena untuk bertahan hidup, karena sampai hari ini hanya ini yang menjadi jalan keluarnya mas...!!??", Pemerintah mana mau memperhatikan rakyat kecil seperti saya, tetang-tetangga mana peduli dengan yang lainya, ustad dan pendeta ditempat saya, bisanya hanya mencaci dan memaki saya tanpa memberikan solusi, apakah mas bertanya seperti ini bisa memberikan solusi kepada saya???

Lalu ku terdiam dan duduk tertunduk malu karena tidak bisa menjawab pertanyaanya, tak lama kemudian perempuan tersebut menyetop mobilnya, lalu turun dan masuk gang, hilang bersama gelapnya malam....

Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya ku berfikir,tentang kejadian tersebut, bahkan sampai hari ini, inilah yang memotifasi perjuangan ku untuk mengembaikan kerajaan Allah (sistem khilafah ) agar anak cucuku bahkan generasi ummat manusia selanjutnya tidak mengalami hal tersebut, karena ku percaya ketika hukum (Din) Islam Tegak hal tersebut pasti tidak terjadi........ Karena Islam Menjadi rahmat bagi semesta alam khususnya manusia hingga mencapai kehidupan salam damai dan sejahterah.


Minggu, 11 April 2010

SNOUCK HURGRONJE

Pada Abad 19, Belanda menugaskan seorang cendikiawan, Dr.Snouck
Hurgronye, untuk mempelajari Aceh lebih mendalam dan mengetahui lebih jauh
tentang rakyat Aceh dalam upaya penaklukan negeri tersebut.

Kajiannya menjadi acuan strategi pemerintah kolonial Hindia Belanda
untuk menaklukan Aceh dan daerah Nusantara lainnya.

Dr.Snouck menjelajah Aceh pedalaman selama 2 tahun yg kemudian memberikan
petunjuknya kepada Van Heutz, Gubernur militer Aceh (1898-1904) supaya golongan
Keumala (Sultan Keumala) dikesampingkan. Yang harus diserang adalah golongan
Ulama, dimana ulamalah yg menjadi motor penggerak pergerakan perlawanan.

Gerakan perlawanan yg dipimpin para Ulama tersebut sedemikian militannya
hingga rakyat Aceh terlihat sebagai satu kekuatan perlawanan yg homogen
yg tidak pernah terkalahkan oleh Belanda meskipun hanya dengan taktik gerilya.

Dr.Snouck tahu benar, rakyat Aceh harus diambil hatinya dan dijauhi dari golongan
Ulama Islam garis keras yg selalu bercita2 revolusi dengan pergerakan perlawanan
terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Dengan nasihat Dr.Snouck, Belanda membangun jembatan2, Irigasi, Jalan2, serta
Masjid2 yg semakin diperbanyak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati
rakyat Aceh dan memenjarakan wacana dan ruang lingkup kaum muslim
menjadi hanya seluas masjid.

Ia bukan hanya menjadi penasihat Gubernur,
tetapi juga melakukan upaya pendekatan langsung kelapangan terhadap Islam moderat.

Pengetahuannya terhadap Islam memberikan inspirasi untuk memperkuat
pemahaman sekuler terhadap kalangan Islam moderat.

Tidak hanya itu, Dr.Snouck lah yg menjadi Kepala Perkumpulan Ulama buatan
Belanda yg banyak memberikan fatwa sunnah terhadap ritual seperti wirid dan tahlil
yg bercampur dengan tradisi lokal yg klenik, fatwa makruh memiliki Al-Qur'an
bertafsir dan fatwa larangan khotbah Jum'at di Masjid dgn bahasa lain
selain bahasa Arab.

Dr.Snouck juga berhasil menyusup pergi Haji. Catatannya yg berjudul
Het Mekkaansche Feets (Perayaan Mekah, 1880) menjadi disertasi gelar Doktornya
di Universitas Leiden.

Beberapa bulan di Mesir, kemudian Snouck belajar Alquran di Jeddah.
Pada 21 Februari 1885, dengan menunggang unta dan ditemani seseorang dari Jawa,
dari Jeddah ia bertolak ke Mekah. Ia ke sana setelah mendapat rekomendasi dari
konsul Belanda di Jeddah.

Dikalangan Islam moderat, Dr.Snouck dikenal sebagai seorang mu'alaf yg pulang
Haji, yg tanpa disadari mengajarkan dikotomi terhadap Islam, mengkebiri
nilai Jihad, dan menjauhkan wacana dari revolusi, karena wacana inilah yg
menyulitkan penaklukan Aceh dan wilayah Hindia Belanda lainnya.

Sebaliknya, Dr.Snouck mengakomodasi golongan Keumala dengan fasilitas
infrastruktur yg dibangun, dan golongan Islam moderat dengan membangun masjid2,
menyebarkan wacana perdamaian, dan wacana suffi zuhud (menjauhi dunia)
yg selalu berorientasi akhirat, dengan tujuan tak lain membangun sikap pasrah
terhadap takdir kolonialisme kafir.

Bukan hanya di Aceh, kajiannya terhadap perkembangan pesantren2 di Jawa juga
merupakan hasil seleksi dari nasihatnya kepada pemerintah Hinda Belanda.
Belanda tidak menganggap gerakan2 pesantren di Jawa Timur yg berhaluan
moderat sebagai ancaman, meskipun beberapa di Tasik-Jawa Barat langsung
diberantas karena berakar perlawanan.

Snouck, pemuda kurus berjanggut ini pernah tinggal di kota Mekah dengan nama
Abdul Ghaffar (Hamba yang Pemaaf). Orang banyak yang menyangka Snouck
memang sudah memeluk agama Islam. Pendapat itu disanggah Daniel van der Meulen,
seorang penganut ajaran Calvin. Menurutnya, Snouck tetaplah seorang Kristen sampai
dia meninggal dunia (1857-1936).

Blogers, strategi penyusupan Snouck Hurgronye bukan yg pertama dan
luar biasa yg dilakukan oleh orang Kafir, tetapi merupakan strategi spionase
klasik dalam sebuah upaya penganiayaan atau upaya pembusukan ajaran Tuhan.

Penyusupan ini bertujuan memberikan orang sebuah pelajaran mematikan.
Pelajaran itu bernama Pelajaran Tak Berdaya. Orang diberi pemahaman untuk tak berdaya.
Orang jadi nrimo atas nasib yg menimpa mereka.
Orang jadi ikhlas atas nasib bangsanya sebagai sebuah takdir Ilahiah.
Hingga pada akhirnya, tak kan ada perlawanan yg revolusioner, akibat akar keyakinannya
sudah tak lagi membahayakan kepentingan para penindas.

Jika anda perhatikan bagaimana sejarah Roma menguasai daerah2 jajahan,
terlihat strategi pembusukan yg sama, yg dilakukan oleh Paulus yg moderat
terhadap gerakan Jesus yg revolusioner, yg kini menjadikan ajaran Jesus
seperti sebuah ajaran moderat-sekuler.

Akibat penyusupan oleh Paulus dan pembusukannya terhadap ajaran Jesus,
sosok Jesus sang Pembebas (Mesias) - berubah menjadi sosok suci sang penebus dosa.

Sejarah dan Al-Kitab mencatat jelas2 Jesus bersama kaum Nazarea.
Orang2 Nazarea dan kaum Zelot seperti Petrus dan Yohanes yg
dicambuk karena dianggap subversif oleh Roma, Yakobus yg melancarkan
gerilya yg kemudian tertangkap dan dipancung oleh Roma, adalah pejuang2
revolusioner sejati yg keras terhadap penguasa Roma.

Demikian juga dengan Muhammad. Akbibat penyusupan dan pembusukan
oleh Snouck dan manusia2 sejenis Snouck dan Yudas yg jumlahnya ribuan,
pemahaman kita terhadap sosok Muhammad sbg pejuang revolusioner -
berubah menjadi sosok manusia suci.

Padahal, dalam jangka waktu 13 tahun, Muhammad perang lebih dari 40 kali.
Jelas2 Muhammad adalah sosok pejuang revolusioner,
bukan sosok moderat dengan baju gamis.

Jika anda perhatikan Kitab Suci,
Adakah Nabi yg bukan pejuang Kerajaan Allah ?
Adakah Nabi yg tidak punya musuh ?
Adakah Nabi yg menerima saja keadaan sebagai nasib dari Tuhan?
Atau mengajarkan manusia untuk bisa ikhlas atas segala sesuatu yg menimpa?

Tidak saudara !
Buktikan kepada saya !
Dan Kitab suci sendir telah membuktikan bahwa para Nabi adalah pejuang pembebas.

Musa, pembebas bangsa Israel dari cengkraman penindasan Fir'aun.
Jesus, jelas2 julukannya adalah pembebas orang Yahudi yg kemudian menjadi Raja orang Yahudi.
Muhammad adalah pembebas masyarakat Mekkah dari Jahiliah (Kebodohan).
Masih belum jelas jugakah bahwa mereka adalah pemberontak zaman?

Tapi ya semonggo,,, kalo maunya ngikutin Snouck, menerima nasib sebagai kehendak Tuhan.
Menerima penindasan dan kebodohan sebagai kehendak Tuhan.
Menganggap nasib anda di tangan Tuhan.
Dan terjajah oleh bangsa yg lebih maju adalah kemauan Tuhan.

MEMAHAMI DAN MENYIKAPI TRADISI TU[H]AN

Tuhan memiliki tradisi dalam mencipta dan merawat setiap makhluknya di jagat raya ini. Tradisi itu akan berulang dan tetap terjaga serta tidak pernah berubah karakternya sedikitpun. Karena ia berulang dengan porsi karakter yang sama, maka tradisi Tuhan ini dapat dipahami sebagai sebuah hukum yang berlaku bagi alam semesta dan isinya. Menguapnya air jika dipanaskan dalam suhu 100 derajat celcius, hukum gravitasi, tsunami, gempa bumi, dan berbagai gejala alam yang terjadi, semua itu adalah bagian dari tradisi Tuhan. Tradisi Tuhan juga berlaku pada komunitas manusia. Adanya kematian dan kelahiran, adanya perbuatan baik dan jahat, tumbuh dan hilangnya sebuah kekuasaan, serta naik turunnya peradaban manusia adalah sebuah fenomena yang sesungguhnya dapat dipahami sebagai tradisi Tuhan yang terus terjadi secara simultan.

Penciptaan dan perkembangan dalam alam adalah sebangun dengan dinamika peradaban manusia. Ada pelajaran yang Tuhan ingin sampaikan kepada manusia; bahwa jika ingin membangun sebuah komunitas yang solid maka tirulah bagaimana alam semesta senantiasa mencapai titik keseimbangan.
Menurut bahasa Arab, tradisi tuhan ini dikenal dengan kata Sunnatullah yang berasal dari kata Sunnah dan Allah. Sunnatullah adalah hukum Allah yang berproses pada alam dan kehidupan manusia yang bersifat pasti dan berlangsung sepanjang masa tanpa perubahan atau penyimpangan.

Pada kehidupan manusia, Tuhan memiliki karakter untuk menghidupkan dan mematikan sebuah peradaban. Ada kalanya sebuah peradaban itu berjaya hingga mencapai titik keemasannya, dan ada pula saatnya peradaban itu terpuruk menuju kehancuran. Tradisi Tuhan ini sering dilalaikan oleh komunitas yang peradabannya dahulu pernah mencapai kejayaan. Adanya arogansi antara umat agama semit yaitu Yahudi, Nasrani dan Muslim, dikarenakan kurang memahami jalannya tradisi Tuhan. Padahal sesungguhnya ketiga kaum itu diikat oleh satu visi dan misi yang diemban oleh para pendahulunya; yakni memurnikan pengabdian hanya kepada Tuhan saja.

Agama-agama tadi jika ditelusuri berasal dari satu sumber yang populer yaitu Abraham atau Ibrahim sebagai founding father nya. Ia banyak disebut dan dipuji dalam kitab-kitab suci baik Taurat, Injil dan Alquran sebagai bapak/pemimpin dari banyak orang. Pada jaman Abraham, umat binaannya tidak bergolong-golongan, tetapi mengusung kesatuan visi dan misi untuk mengabdi kepada sang Pencipta. Ia sering disebut dengan Yahweh oleh kaum Yahudi, El oleh kaum Nasrani, dan Allah oleh kaum Muslim. Perbedaan penyebutan disebabkan karena perbedaan dialek diantara rumpun semit tadi. Tetapi umat yang dahulu dipimpin oleh Abraham hanya mengenal satu konsep pengabdian (monoteistik) dan tidak terpecah-pecah.

Abraham memiliki 2 anak yakni Ismael dan Ishak. Ismael sebagai anak pertama ditugasi Abraham untuk menyebarkan konsep monotheis terpisah dari saudaranya Ishak. Sedangkan Ishak sebagai anak kedua memiliki tugas untuk mendapatkan Tanah Perjanjian yang dahulu dijanjikan oleh Tuhan kepada Abraham, yaitu Kanaan atau Palestina. Tanah Perjanjian itu didapat melalui kepemimpinan Yoshua sebagai panglima tentara bani Israil rintisan Musa. Semenjak itu kepemimpinan dunia dipegang oleh Ishak melalui keturunannya bani Israil yang bertebaran dari mulai daerah Yericho, Hebron, Libanon, Araba-Yordania, Gaza, sebelah timur laut Arab (Laut Asin), dan Negeri Palestina. Maka menurut kitab suci, tanah Palestina itu sebenarnya Tuhan peruntukan bagi bani Israil pimpinan nabi Musa yang dahulu terusir dari Mesir oleh raja Fir’aun. Hingga bani Israil dapat berjaya selama 7 abad.

Ada dua kali bani Israil mendapatkan kesempatan untuk memegang mandat kepemimpinan dunia; Yaitu pada jaman Musa melalui tangan Yoshua, dan untuk kedua kalinya melalui tangan Yesus. Deskripsi kemenangan Yesus sangat jelas dinyatakan dalam Taurat dan Injil; bahwa Yesus sebagai utusan Nya berhasil menegakkan kembali bangunan Tuhan secara faktual sebagaimana jaman Musa dan Yoshua. Keberhasilan ini juga dinyatakan dengan tegas dalam Alquran sebagai kitab suci penerus dari Taurat, Mazmur (Zabur) dan Injil. Karena memang ada hubungan antara kitab suci-kitab suci tadi yang dijadikan sebagai pegangan oleh para utusan Nya. Ternyata ketika Yerussalem tegak, keturunan bani Ismael dilibatkan dalam dinamika kejayaan bangunan Tuhan yang dipimpin oleh bani Israil. Mereka saling bekerjasama dalam berbagai bidang untuk memperteguh karakter Tuhan pada komunitas manusia. Dengan kerjasama itu maka tercapailah perdamaian dunia menuju kepada satu visi dan misi pengabdian kepada Tuhan.

Hingga ada saatnya mandat itu dicabut dan dilimpahkan kepada keturunan Ismael dengan pelopornya yakni Muhammad. Dan ketika bani Ismael mendapat mandat untuk memimpin dunia, mereka juga merangkul bani Israil sebagai elemen penting dalam bangunan Tuhan. Maka perdamaian dunia dapat terwujud kembali sebagaimana pada jaman Musa dan Yesus. Karena perdamaian dunia hanya bisa dicapai apabila kedua keturunan Abraham ini bersatu dan saling bekerjasama, bukan mengedepankan kesombongan sektarian yang akan berujung kepada kerusakan dan kenistaan.

Bagaimana kisah bangunan Tuhan yang diperjuangkan oleh keturunan Ismael selanjutnya? Apakah hingga hari ini masih memimpin dunia? Bagaimana dengan kenyataan tertindasnya mereka dikancah perpolitikan dunia?Buku ini mengajak pembaca untuk memahami dan menyikapi tradisi Tuhan, sehingga dapat mencerdasi bagaimana sikap yang harus diambil agar perdamaian dunia dapat terwujud kembali. Dan menurut tradisi Nya bangunan Tuhan akan kembali tegak dalam waktu dekat ini, karena tradisi Tuhan terus bergulir hingga detik ini.

Diposkan oleh DERMAGA-WACANA

copas :
http://tahun2012.com/article/14460/tahun2012--buku-terlaris-abad-ini-.html

Sabtu, 10 April 2010

IBLIS ADALAH UTUSAN TU[H]AN

“Dan ingatlah ketika Kami berfirman KEPADA PARA MALAIKAT: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali IBLIS; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”

Perintah sujud kepada Adam yang difirmankan Tuhan ditujukan kepada para malaikat, bukan yang lainnya. Pada fragmentasi ini hanya ada dua pihak yakni Tuhan, dan para Malaikat. Namun ada sosok yang membangkang atas perintah itu, ia adalah Iblis. Dikarenakan malaikat itu tidak mengerjakan apa yang diperintah Nya, maka ia dikatergorikan oleh Tuhan sebagai iblis.

Tuhan murka kepada iblis karenanya. Tetapi iblis meminta izin Tuhan untuk diberi tangguh sampai pada hari dimana manusia dibangkitkan. Dan karena Tuhan telah mencap iblis sebagai figur yang sesat, maka ia akan menjadikan manusia-manusia yang mengikutinya memandang baik perbuatan maksiat yang mereka lakukan.

Ada dua jalan yang Tuhan sediakan kepada manusia; yakni jalan kebenaran, dan jalan yang dimurkai Nya. Pada jalan kebenaran, manusia2 yang memilihnya dibina hanya oleh Air dari Nya. Dan didalam memperoleh air itu, Ia mengutus seseorang yang dipilihnya sebagai figur yang dipilih Nya untuk menampung Air. Tanpa figur itu, Ia tidak akan menurunkan Air. Karena hanya figur itulah yang dapat mencapai frekwensi Nya. Mereka yang ada di jalan kebenaran akan menjadi sebuah komunitas yang solid, tidak terpecah menjadi golongan-golongan. Merekalah yang diutus pada zamannya sebagai founding father yang muncul disetiap kebangkitan peradaban.

Di dalam jalan kebenaran, mereka hanya menjadikan Tuhan sebagai pemimpin hidupnya. Pengabdiannya hanya ditujukan kepada Nya. Kerjanya, tidurnya, makannya, nafasnya, tidak lain untu terus menyamakan visi dan misi menjadi orang-orang yang akan menyambut datang Nya Tuhan di muka bumi. Mereka tidak mencuri, tidak berzinah, tidak membunuh anak-anak, tidak berdusta, tidak mengambil tuan-tuan lain selain Tuhan. Mereka sangat taat kepada perintah dan menjauhi larangan Nya. Mereka itulah yang menempuh jalan yang lurus; jalan yang diberi nikmat ke atasnya. Sebuah jalan yang dicari oleh setiap manusia.


Sedangkan pada jalan yang dimurkai Nya, makanan yang dikonsumsi berasal dari Iblis yang tadi telah menaruh dendam untuk menyesatkan manusia dengan membuat orang yang mengikutinya menjadi memandang benar apa yang dikerjakannya, padahal ujung dari perbuatannya tidak lain sebuah siksaan yang menistakan.

Perbuatan-perbuatan yang dianggap benar oleh mereka sangat mirip dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam jalan kebenaran. Mereka melakukan ritual juga, berbuat baik juga, menderma pada orang miskin juga, berjuang juga. Tetapi karena yang membina mereka adalah ajaran Iblis menyesatkan, maka orientasi tujuan hidupnya menjadi kacau. Sekali menjadikan Tuhan sebagai tuan, tetapi dilain kesempatan menjadikan yang lainnya sebagai tuan. Di satu sisi menjadikan Tuhan sebagai pengabdian, tetapi dibelahan lain mengabdi kepada perutnya.

Ketika manusia menjadikan tuan-tuan lain disamping Tuhan, itulah makna dari perzinahan besar. Tuhan tidak mau jika disaingi dengan tuan-tuan yang lain, Tuhan sangat pencemburu. Akibat dari penyesatan iblis, mereka tidak mengetahui untuk apa mereka hidup, tugas apa yang sesungguhnya Tuhan embankan kepada manusia. Mereka tidak mengenal Tuhannya. Petunjuk-petunjuk hidup yang diturunkan Nya dijual dengan harga yang murah. Murah karena apa yang ditujunya tidak sebanding dengan peruntukan dalam manual book Nya.

Apa indikator untuk mengenal kedua jalan ini? Mereka yang berada di jalan lurus-benar akan melakoni skenario orang-orang taat yang dikisahkan dalam kitab suci secara struktural, tanpa terkecuali. Sedang mereka yang berada pada jalan yang dimurkai Nya melakoni peran orang-orang durhaka yang juga diceritakan dalam kitab suci.

Jalan kebenaran dipimpin oleh Tuhan dengan mengutus para Nabi dan Rasul, sedangkan jalan yang dimurkai Nya dipimpin oleh iblis. Maka para Nabi dan Rasul adalah figur yang Tuhan utus untuk memimpin orang-orang yang taat kepada Nya, sedang iblis menjadi figur yang Tuhan utus untuk memimpin orang-orang dalam jalan yang dimurkai Nya.

Kedua jalan ini saling silih berganti menjadi penguasa di muka bumi karena itu merupakan tradisi Nya. Sebuah kebiasaan yang terpelihara dan akan terus berulang pada setiap zaman. Ada terang, ada gelap. Ada kekuatan kebenaran, ada kekuatan Iblis, Semua ada saatnya, ada batas waktunya. Tinggal kita harus dapat mencerdasi, apakah saat ini jalan kebenaran yang menguasai bumi, atau jalan yang dimurkai Nya yang berkuasa.

Kedua jalan ini terbuka lebar di depan mata untuk ditempuh; Apakah memilih jalan kebenaran dengan melakoni kisah orang-orang taat dalam kitab suci, atau nyaman dalam jalan yang dimurkai Nya dengan menjadikan materialistik sebagai tuan disamping Tuhan. Tetapi Tuhan telah berpesan, bahwa disaat jalan kebenaran muncul, maka jalan-jalan lain yang dipimpin iblis itu akan tunduk kepadanya. Iblis adalah utusan Tuhan juga, ia bisa menyamar untuk mengelabui manusia dari jalan kebenaran kepada jalan kesesatan

MANUSIA SEMPURNA

Dalam perjalanan kepribadian manusia, dia mengalami tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda dari sifat atau karakter, perkataan, serta perbuatannya. Keberadaan manusia di bumi tidak diciptakan begitu saja oleh Sang Pencipta, Dia menciptakan manusia dengan satu tujuan tertentu, tanpa diberi tahu kemana arah dan tujuan hidup ini manusia akan binasa. Dia menunjukan kepada manusia jalan hidup yang harus dilaluinya. ia (manusia) bebas memilihnya, apa akan mensyukuri atau mengingkari. Tidak ada paksaan di dalam memilih jalan hidup itu, yang berarti Sang Pencipta -netral-.

Tujuan dari petunjuk itu adalah demi kepentingan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan akhir periode penciptaan alam dunia, yaitu alam akhirat. Bagi yang memfungsikan petunjuk itu sebagai Nur atau Ilmu, manusia akan dapat melihat jalan keselamatan, dan bagi yang menyia-yiakan dia akan tersesat ke arah kebinasaan. Bila manusia menyia-yiakan petunjuk Sang Pencipta yang berfungsi menuntun perkembangan mental spiritualnya ke arah kesempurnaan, arah perkembangan itu akan membelok ke arah negative, menjadi makhluk perusak.

Kesempurnaan manusia bukan berada pada kemampuannya berfikir sebagaimana yang didefinisikan oleh orang-orang Jahiliyah (kaum materialis), yang menganggap kesempurnaan manusia karena dia mempunyai akal fikiran. Menurut Sang Pencipta kesempurnaan manusia sebagai ciptaan-Nya, tatkala manusia itu memahami dan meyakini kebenaran firman-firman-Nya, kemudian firman Tuhan itu menjadi tenaga penggerak bagi fikiran, perkataan, dan perbuatan.

Dengan demikian mengertilah kita bahwa manusia yang sempurna adalah manusia yang telah menjadikan firman Tuhan sebagai Ruh dalam dirinya. Sebaliknya manusia yang tidak faham dan tidak meyakini firman Tuhan, dia bukanlah manusia sempurna bahkan di mata Tuhan dipandang sebagai -manusia yang berada didunia orang mati-. Walaupun pada dasarnya tubuh manusia secara fisik atau biologis dirancang dengan sangat sempurna oleh Tuhan, sesuai dengan fitrahnya. Bahkan organ-organ tubuh itu sangat istimewa dan sangat rumit hingga mengungguli peralatan tercanggih di dunia ini.

Ada tertulis didalam kitab Tuhan : “ Maka tatkala Aku akan menyempurnakan ciptaan-Ku, yaitu manusia. Aku tiupkan kedalam dirinya Ruh-Ku”. Kata ditiupkan adalah istilah wahyu, karena ruh adalah firman Tuhan maka ditiupkan ruh artinya diajarkan firman Tuhan atau ilmu Tuhan yang akan menghidupkan umat manusia.

Apabila manusia menolak firman Tuhan dalam dirinya, maka dia berada di dalam dunia orang mati. Dia akan binasa dan tidak akan mencapai kehidupan yang kekal, karena dirinya hanya terdiri dari darah dan daging. Didalam kitab suci dikatakan : “tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati”, tentu saja yang dimaksud adalah bukan persamaan antara mayat dengan orang yang hidup, tetapi antara orang yang meyakini firman Tuhan dan orang yang menolak firman Tuhan didalam dirinya.

Di dalam Kitab suci juga di katakan “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan (Mat 4:4). “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya”. (Yak 1:22-26)

Apabila manusia hidup tanpa Firman Tuhan maka dia akan cenderung kepada tarikan kebinatangannya, bahkan lebih buruk dari binatang. Karena dirinya, otaknya, keinginan-keinginanya telah dikuasai oleh nafs nya (nafsu keduniaan, nafsu material), sedangkan nafs itu selalu cenderung kepada keburukan. Karena nafs itu berkuasa bagai raja didalam dirinya dan raja itu selalu memerintahkan fikiran manusia ke jalan yang buruk.”Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”. (Yusuf : 53)

Ada tertulis didalam Kitab suci : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al Jatsiyah : 23).
“Tahukah kamu tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (Al Furqaan : 43-44)

Karena dirinya telah berilah kepada hawa nafs -aku- menjadi ukuran kebenaran, sehingga tindakan-tindakan apapun yang memuaskan -aku- adalah kebenaran. Maka ukuran kebenaran adalah pragmatis, apa yang menurut dan menguntungkan -aku- itu adalah kebenaran. walaupun itu perbuatan jahat, tetapi tatkala memuaskan hawa nafsunya, maka hal itu dilihatnya sebagai perbuatan yang baik. Nafs atau -daya sadar diri- yang ada di dalam qolbu itu sifatnya sangat tergantung pada syahwat, yaitu kecenderungan pada daya hidup biologis yang bekerja dalam jasad manusia. Sehingga menjadi MANUSIA ROBOT yang tidak memiliki rasa (Emotional Quotient), manusia robot yang hanya melihat sesuatu berdasarkan angka-angka keuntungan materi.

Tercabutnya daya qolbu atau kemampuan qolbu untuk memahami kebenaran firman Tuhan (Spiritual Quotient) menyebabkan orang menjadi materialistic dan tamak akan harta. Dengan demikian eksistensinya sangat ditentukan oleh kepuasan syahwat. Jika seseorang memiliki sarana syahwat yang cukup dia akan mempertahankannya untuk jangka panjang ke depan, sehingga langkah penghematan dan deposito akan dia lakukan. Tetapi jika sarana syahwat tidak terpenuhi yang terjadi adalah kesusahan dan kegelisahan yang membuat hidupnya sangat menderita, oleh sebab itu manusia yang paling menderita adalah manusia materialis. Apabila dirinya kaya, dia akan menjadi kikir walaupun kepada dirinya sendiri (efficiency), dan jika terjadi resesi, dunia seperti akan kiamat.

Anggapan orang-orang atau kaum materialis yang beranggapan, tidak ada manusia yang sempurna didunia ini adalah SALAH!!. Kesempurnaan manusia bukan karena tubuhnya yang indah, bersih, seksi, atau menarik lawan jenisnya. Bukan juga karena memiliki harta yang melimpah, status social,jabatan yang tinggi, serta memiliki segalanya. Menurut Tuhan MANUSIA SEMPURNA adalah manusia yang terbebas dari jajahan hawa nafsunya dan mampu mendayagunakan ketiga sarana yang Tuhan berikan kepadanya, yaitu pendengaran, pengelihatan, dan akal fikiran untuk mempelajari firman-firman Tuhan. Memahami dan meyakini agar dia memiliki Ruh Sang Pencipta, Pengatur Semesta Alam

BANGSA JAHILIYAH

Sifat daripada kebudayaan adalah sesuatu yang berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dulu dianggap baik, belum tentu cocok untuk kehidupan 14 abad silam, tetapi untuk kehidupan masa kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, system komunikasi yang begitu cepat, serta perkembangan teknologi dan science yang begitu maju, maka ide untuk kembali menempatkan ajaran Tuhan sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia, menjadikan hukum-hukum Tuhan sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak popular lagi. Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan ajaran tersebut adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan dengan ritual sebagai aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Demikian jalan pikiran jahiliyah modern dewasa ini.

Sepintas apabila orang mendengar kata jahiliyah, maka yang ada di benaknya langsung tertuju kepada -masyarakat- bangsa Arab kuno. Karena mereka hidup ditengah belantara padang pasir yang panas, gunung-gunung batu yang tandus serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dinamakan masyarakat jahiliyah karena sifatnya yang kejam, bodoh, barbar dan mereka hidup dalam kabilah-kabilah eksklusif. Jika satu kabilah bertemu dengan kabilah lainnya di padang pasir, satu sama lain saling baku hantam. Mereka hidup dari berniaga, dari satu dusun ke dusun lainya. Dan ditengah jalan sering kali mereka dicegat penyamun yang merampok barang-barang dagangan mereka. Itulah jawaban di masyarakat umum tentang jahiliyah.

Mereka juga masyarakat yang tidak mengenal Tuhan Allah, yang mereka sembah adalah batu, arwah dan berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Disekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh tiap-tiap kabilah yang datang kerumah itu. Judi, miras, prostitusi, perampokan, tidak tahu tatakrama, sopan santun, penuh dengan perdukunan, dan pembunuhan adalah masalah-masalah biasa dan sudah menjadi kebudayaan mereka. Bahkan digambarkan karena sangat jahiliyahnya, ibadah haji dilakukan dengan telanjang, sholat dilakukan sambil bersiul dan bertepuk tangan. Demikian pendapat menurut definisi para sejarawan dan para ulama Ahlul Kitab Taurot, Injil, maupun Al Qur’an.

Itulah gambaran masal manusia tentang jahiliyah dan itu pula jawaban, mengapa agama Islam atau Nabi Muhammad diutus di Arab, dan bukan di Eropa, Cina atau di Indonesia. Dari pemahaman yang seperti ini, berkembang logic bahwa Nabi Muhammad diutus kepada bangsa Arab saat itu, untuk memperbaiki akhlak masyarakat bangsa Arab yang jahiliyah. Sedangkan bangsa-bangsa lain di Eropa, Asia Timur seperti Cina, Jepang, dan Indonesia tidak ada masalah, karena mereka adalah bangsa yang sudah maju dan memiliki peradaban yang luhur. Pengertian jahiliyah yang seperti ini sudah berkarat pada otak manusia pada umumnya, bahkan sudah mengakidah di hati umat yang katanya mengaku dirinya muslim. Bahkan sudah menjadi penyakit yang paling parah untuk bisa mengerti apa itu Islam secara proporsional.

Kalau makna jahiliyah diartikan seperti itu, maka alangkah rendahnya kitab-kitab Allah, Kitab Allah digambarkan sebagai konsumsi bagi orang-orang bodoh dan orang-orang yang tidak beragama. Taurot untuk bangsa-bangsa primitif dimana manusia belum sempurna akal fikirannya, Injil untuk bangsa-bangsa kuno dahulu kala, demikian juga Al Qur’an untuk bangsa padang pasir yang tidak berbudaya dan beradab. Itulah pengertian orang-orang jahiliyah tentang jahiliyah.

Secara etimologi, kata jahiliyah dari kata -jahal, jahil, jahala- yang berarti bodoh, sebagai lawan dari kata pandai. Dalam hubungan digunakannya kata ini di dalam Al Qur’an, maka pengertiannya menjadi khusus. Perhatikan ayat dibawah ini :

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Al Maaidah : 50).

Disini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan hukum. Allah sebagai Al Hakim yang maha bijaksana mempunyai hukum, hukum yang diciptakan Allah untuk manusia mempunyai tujuan mulia, yaitu membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahan, agar orang tersebut kembali suci dan tidak keluar dari garis fitrahnya.

Allah sebagai Al kholik menciptakan semesta alam secara adil dan itu dapat disaksikan dalam kehidupan -mizan- pada benda-benda langit, dan merupakan implementasi dari hukum Allah, semuanya bebas dari campur tangan manusia. Secara nature atau fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur, yang hak untuk mengatur makhluk adalah Sang Khalik. Makhluk tidak berwenang mengatur makhluk lainnya. Jika Rosul menghukum seseorang, itu dilakukan dalam kedudukannya selaku -mandataris- atas izin Allah bukan atas kemauannya sendiri. Inilah landasan Allah membuat hukum yang kemudian diperintahkan kepada Rosul dan Ulil Amri Mu’min untuk ditegakkan. Seorang Hakim dalam negeri harus tunduk kepada prinsip-prinsip keadilan, dia bukanlah hakim agung; diatasnya ada hakim yang lebih tinggi, yaitu Allah.

Sebenarnya didalam kitab-kitab Allah yang dimaksud dengan jahiliyah adalah tatkala manusia mengatur hidupnya bukan dengan hukum keadilan Allah. Tatkala bangsa-bangsa membuat hukum berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa, yang kemudian dijunjung tinggi oleh bangsa itu, itulah yang disebut dengan jahiliyah. Kalau jahiliyah diartikan dengan bodoh, itu memang ada benarnya. Tetapi bukan bodoh dalam arti tidak berbudaya, tidak bisa baca tulis atau tidak beragama. Dikatakan bodoh karena ada hukum Allah Yang Maha Adil, ada hukum Allah yang menciptakan alam semesta berdasarkan keadilan, ada hukum Allah yang merupakan fitrahnya manusia, hukum yang diciptakan oleh Allah untuk keadilan dan kesejahteraan manusia, untuk melindungi hak-hak azasi manusia dari kezoliman manusia lainnya, tetapi umat manusia mengkafirinya, kemudian membuat hukum sendiri berdasarkan konsensus bangsa.

Istilah -Jahiliyah- juga digunakan pada zaman Nabi Musa AS, yaitu kurang lebih 1500 tahun sebelum Nabi Muhammad. Kasusnya tetap sama yaitu keengganan umatnya ber-illah (berhukum) kepada Allah, perhatikanlah surat berikut :

“Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap mengabdi kepada -Asnaam-, mereka berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa -illah-". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu Ini adalah kaum yang Jahil" (Al A’raaf : 183).

Umat nabi Musa yang mengusulkan dibuatnya -illah illah- lain sebagai pengganti Allah, disebut jahil bukan karena mereka bodoh dalam arti lawan dari pandai; mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-illah kepada Allah. Mereka lebih menyukai menggunakan hukum bikinan hawa nafsu manusia, bikinan penguasa-penguasa manusia, bikinan raja-raja manusia yang selalu menindas rakyat kecil. Tatkala orang-orang menolak hukum Allah dan mengambil hukum bikinan manusia, maka bangsa itu disebut jahiliyah. Kapan saja, dimana saja, siapa saja, sampai millennium kinipun apabila suatu bangsa membuat hukum sendiri, membuat kerajaan sendiri untuk mentegakkan hukum yang dibuatnya, dengan membuang hukum Allah, maka bangsa itu disebut bangsa jahiliyah. Sampai kapanpun bila manusia membuat hukum sendiri dan menolak hukum Allah, maka umat itu disebut umat jahiliyah. Terlepas dari apakah bangsa itu bangsa modern dari segi science dan teknologi, tetap saja bangsa itu disebut bangsa yang bodoh (Jahiliyah).

Lantas bagaimana masyarakat bangsa-bangsa di dunia hari ini, khususnya bangsa kita tercinta ini??
Salam…

ISLAM DAN BUDAYA TASAUF

Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta, rasa, dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya. Alam ini, di samping memberikan fasilitas yang indah, juga menghadirkan tantangan yang harus diatasi. Manusia tidak puas dengan hanya apa yang terdapat pada alam kebendaan. Manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita-citanya.

Budaya Islam yang disebarkan oleh para Nabi dan Rosul adalah Islam yang sejati, Islam yang original yang memancarkan budaya Islam Syar’i. yakni bentuk pemahaman dan pengamalan Nabi atas ajaran yang belum dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya lokal; akan tetapi justru mengubah budaya lokal yang pluralistik menjadi tauhid, yang hanya mencintai Allah saja. Sepanjang perjalanannya, penyebaran Islam selalu terbentur dengan budaya-budaya masyarakat lokal. Dalam interaksi Islam dan berbagai budaya lokal tentu terdapat kemungkinan Islam mewarnai, mengubah, mengolah, dan memperbaharui budaya lokal, tetapi mungkin pula Islam yang justru diwarnai oleh berbagai budaya lokal. Masalahnya disini, apakah para pendukung Islam yang aktif, atau malah sebaliknya para pendukung budaya lokal yang telah memahami ajaran Islam menurut kacamata warisan budaya lokal mereka. Melalui hal ini timbul proses lokalisasi unsur-unsur Islam yang kelak dalam sastra budaya melahirkan Islam Konservatif (tradisional). Begitu juga jika para ulama pendukung Islam yang aktif mengislamkan masyarakat, tentu yang muncul adalah budaya Islam Pesantren.

Di samping itu budaya umat manusia juga selalu berkembang dan dinamis. Karena itu, dalam interaksi budaya lokal dan budaya Islam tentu muncul dua budaya yang berbeda; budaya Islam yang original (progresif) dan budaya Islam yang tradisional (ekspresif-konservatif). Budaya Islam yang progresif adalah pengembangan cara berfikir ilmiah yang menghasilkan berbagai disiplin ilmu. Para pendukung kebudayaan progresif umumnya adalah pecinta ilmu pengetahuan, dan selalu tanggap terhadap unsur-unsur positif baik dalam budaya asing, untuk mendukung pengembangan, progresifitas, dan dinamika budaya Islam. karena mereka memandang kebudayaan sebagai proses yang selalu berkembang, sehingga wawasan merekapun dinamis. mereka memandang hasil budaya pada suatu zaman adalah bernilai untuk sementara waktu, dan pasti akan diganti oleh hasil budaya yang lebih unggul nilainya. Sedangkan puncak kebudayaan ekspresif bermuara pada kepercayaan mitologis dan mistik.

Para pendukung Islam ekspresif-konservatif umumnya bersikap statis dan tradisional, mereka menilai hasil kebudayaan sebagai sesuatu yang final. Mereka yang berwawasan tradisional kurang tanggap terhadap perlunya perubahan maupun penyesuaian budaya Islam terhadap kemajuan zaman. Misalnya, mereka menyayangkan ditinggalkannya budaya ruwatan, tayuban, tahlil, ziarah, wayangan dan sebagainya. Mereka khawatir anak-anak kini tidak bisa lagi menjalankan tradisi itu.

Ajaran Islam yang asli adalah bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah atau pengamalan yang dicontohkan oleh Rasulullah dari awal menerima wahyu sampai Dien Islam tegak. Pemahaman Islam yang utuh meliputi tiga aspek : Iman, Hijrah, Jihad. Inti sari Iman menurut perspektif Al Qur’an adalah pengesahan Allah; yang jernih, dan murni, serta tidak mengenal kompromi terhadap mitologi dan kemusyrikan. Islam menganut paham yang rasional dan jernih, yang menolak setiap bentuk kuasa rohani selain Allah. Islam sebagai ajaran dari Tuhan sangat menghargai logika penalaran; konsep ijtihad sebagai sumber dinamik sebagai pengembangan ajaran. Pendekatan ilmiah untuk mendinamisasi pengembangan ajaran adalah mutlak, tanpa hal ini ijtihad akan lumpuh, demikian pula tanpa pendekatan ilmiah, pemahaman terhadap konsep tauhid tidak akan jernih.

Sedangkan budaya islam konservatif atau tradisional berpangkal pada ajaran tasawuf atau sufisme yang berorientasi pada paham mistik. Mistisisme dalam islam dikenal dengan nama tasawuf dan oleh kaum orientalis barat disebut sufisme. Ajaran tasawuf ini tidak bisa menjadi dasar modal bagi kehidupan modern, apalagi di jadikan dasar untuk mengembangkan ajaran Islam yang murni berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. Ajaran Islam yang original sangat menekankan nilai moral idealis yang tinggi, bukan moral spiritual yang mistik. Tergusurnya moral spiritual yang idealis berarti tergusurnya jiwa keislaman, meskipun masih melaksanakan shalat lima waktu, zakah, puasa, haji. Dia punya islam, tetapi tidak menghayati Ruh keislamannya.

Ajaran tasawuf ini telah menjadi inti dari ajaran mistik yang berkembang selama berabad-abad bahkan sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Ajaran mistik ini telah lama berkembang dalam agama Hindu, Budha, Kristen, bahkan dalam filsafat Yunani kuno yang dikembangkan oleh NeoPlatonisme (427-347 SM). Ia juga telah menyebar di Timur Tengah, seperti Mesir, Syiria, Persia, Basrah, sampai mencakup daratan Eropa, Asia dan Afrika. Bahkan sampai hari ini ajaran tersebut masih mendominasi ajaran Islam yang murni, puncaknya pada abad ke-12 M, ia dikenal dalam islam sebagai ajaran tasawuf, dan para pengikutnya disebut sufi. Ajaran ini awal pertumbuhannya dikembangkan oleh para elite kerohanian, kemudian pada abad ke-13 M terjadi kemunduran pemikiran Ijtihad dalam Islam. Sebagai gantinya, ajaran tasawuf dengan berbagai tarekatnya menguasai pemikiran Islam. Kemunduran umat Islam ini disimbolkan oleh runtuhnya Kebudayaan intelektual Baghdad dan Cordoba, sehingga sejak abad 13 sampai abad ke-20 M, hingga hari ini pemikiran islam didominasi oleh ajaran sufisme dengan berbagai tarekat, khurafat, dan takhayul.

fakta historis juga mencatat bahwa ajaran -tasawuf, sufisme, mistis- adalah warisan agama Parsi kuno yang menyembah dewa-dewa (panganisme). Bahkan dipercaya, empat mazhab besar seperti Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah, dan Hambaliah menganut paham tasawuf. Mereka bukanlah orang yang hidup pada zaman nabi Muhammad, bahkan tidak pernah merasakan keras dan pahitnya perjuangan nabi. Mereka hidup sekitar 230 tahun atau 270 tahun setelah nabi yang agung wafat. Imam Muhammad Ismail Bukhari (846 M), imam Muslim Bin Hajjaj Al Qasheeri, Abu Abdullah Ibn Yazeed Ibn Majah, Sulaeman Abu Dawood, Imam Abu Musa Tirmizi, dan Abu Rahman Nisai, mereka datang dari kerajaan Persia yang dikalahkan oleh pasukan Islam. Serta Syaikh Muhammad Bin Yaqoob Bin Ishaq Al-Kulaini, Syaikh Abu Ja’far Ibn Ali Ibn Babwayhi Al-Qummi serta Syaikh Ibn Hassan Al-Toosi berasal dari Persia, tak satupun dari orang-orang ini yang orang Arab. Mereka semua orang majusi dari kerajaan Persia Sassanid yang sakit hati terhadap umat Islam akibat kekalahan mereka oleh pasukan Islam.

Para pengikut Majusi-Zoroastrian ini banyak diantara mereka memakai nama dan kedok muslim. motiv utama yaitu memecah belah umat muslim menjadi beberapa sekte, sehingga mendorong mereka untuk berselisih satu sama lainnya dan menjadikannya meninggalkan Al Qur’an. Mereka selalu sibuk mengeluarkan bid’ah-bid’ah pribadi dari teks-teks kitab suci, melegitimasinya dengan kedaulatan Tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul. Mereka adalah orang-orang yang Dimana kemunculannya seiring dengan mulai runtuhnya kebudayaan intelektual islam, dan budaya tasawuf mulai mendomionasi ajaran islam murni. Begitu juga dengan ulama-ulama atau imam-imam yang muncul pada masa kehancuran kekuasaan Islam yang berkedok sebagai domba, padahal mereka adalah serigala yang amat buas.

Akibat runtuhnya kebudayaan Islam serta para intelektualnya di Baghdad, Cordoba dan daerah-daerah Islam lainnya, maka kevakuman ini kemudian diisi oleh ajaran tasawuf; tetapi sayangnya, ajaran tasawuf adalah memistikkan ajaran Islam murni (Al Qur’an dan Sunnah). Sehingga mengubah citra islam menjadi ajaran yang mengembangkan budaya ultra ekspresif (budaya mistis-tasawuf). Ini berlawanan dengan ajaran islam Murni yang mengedepankan budaya yang progresif yakni penalaran logika-ilmiah yang merupakan ijtihad murni berdasarkan Kitab suci. Cara berfikir Sufisme lebih menomorsatukan paham animisme, ilmu gaib, dan tahayul. Ciri khas ajaran tasawuf-sufisme adalah menganut kepercayaan roh dan daya gaib yang bersifat aktif warisan nenek moyang yang tidak berlandaskan kepada Al Quran dan Sunnah. Prinsip roh aktif menurut mereka adalah bahwa roh orang mati tetap hidup dan bahkan menjadi sakti seperti dewa, bisa mencelakakan atau mensejahterakan masyarakat manusia. Dan roh gaib itu juga di yakini dapat membantu atau mengganggu kehidupan manusia, artinya dapat di manfaatkan.

Tentu hal ini menumbuhkan kelompok-kelompok pawang kebatinan, dukun, pendeta atau paranormal yang berfungsi sebagai perantara untuk bisa berhubungan langsung dengan roh dan kekuatan gaib tersebut. Jadi pola berfikir sufistik jelas menyimpang dari ajaran Islam, karena tidak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah serta pengalaman yang dicontohkan para Rasulullah. Ajaran tasawuf ini juga telah berkembang di nusantara; khususnya tanah jawa, jauh sebelum Islam masuk ke bumi nusantara. Dimana kerajaan Hindu dan Budha yang menganut paham mistisme sudah mengakar di masyarakatnya. Sudah menjadi hal yang lazim, setiap penguasa pasti mencoba menanamkan pahamnya kepada masyarakatnya. Sehingga ajaran Islam murnipun telah bercampur dengan ajaran tasawuf di tanah jawa. Bahkan para wali yang menyebarkan islam di tanah jawa pun dipercaya telah terkontaminasi oleh budaya lokal. Sehingga perlu diadakan evaluasi religi tasawuf-sufisme-mistis yang telah mengakar kuat semenjak zaman pra-sejarah di Indonesia, khususnya di Jawa.

Ajaran tasawuf memuncak pada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa melalui pengembangan ilmu pedukunan, ilmu klenik dengan rumusan lafal berbahasa Arab yang dipercayai berdaya magis. Demikian pula ilmu santet, ilmu tenung, adat istiadat kesukuan, upacara religi atau ritual-ritual, mantra-manta atau kidung-kidung untuk memohon bantuan roh nenek moyang dan menolak segala penyakit, merupakan warisan ilmu hitam nenek-moyang yang berkaitan dengan kepercayaan animisme, bukan warisan ajaran Islam yang yang di bawa oleh Rasulullah. Ajaran ini jelas-jelas menyimpang dari syariat Islam. Anehnya dalam masa transisi menuju modern ini, ilmu perdukunan dan jampi-jampi justru kian marak, dan bahkan sering dikaitkan dengan ilmu pijat urut dan sebagainya. Padahal bagi umat Islam, kepercayaan akan adanya roh dan daya gaib ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Pada intinya kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa ajaran tasawuf-sufisme-mistis bukan warisan ajaran Islam murni, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah serta tidak berlandaskan Al Quran dan Sunnah dan sesat menyesatkan.