KEBERSERAHAN DIRI


DAMAI SEJAHTERA

BLOG INI HANYA UNTUK MANUSIA YANG MENDAMBAKAN PERDAMAIAN DUNIA KHUSUSNYA ANAK-ANAK ABRAHAM AGAR TERCIPTANYA SEBUAH SYSTEM KEHIDUPAN KEBERSERAHAN DIRI, DAMAI DAN SEJAHTERAH

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat/firman (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tiada kita abdi kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Laman

Rabu, 21 April 2010

SISTEM YANG MENYERET MERAKA

Suatu ketika selesai pengkajian dari rumah teman, waktu itu kira-kira pukul 01.00 pagi saya pamit kepada tuan rumah izin untuk pulang, karena memang sudah tidak memungkinkan untuk berlama-lama, karena rumah teman letaknya di pinggir jalan dan tak jauh dari halte bis tersebut. ku putuskan pulangnya untuk naik angkot, walupun tuan rumah menawari ku untuk mengatarnya dengan motor, tetapi ku menolaknya dengan alasan takut membuatnya repot. tak berapa lama menunggu di halte bis, datanglah sebuah angkot yang saya harapkan.

dengan sedikit rasa kantuk, ku angkat kakiku menaiki angkot dan duduk tepat di belakang supir, dalam angkot itu ada seorang wanita muda berusia 30 tahun-an dengan dandanan yang sangat molek dan pakain yang sangat menarik perhatian lelaki, dengan rokok di tangan dan mata sedikit merah serta tubuh tampak terlihat letih, dihisapnya rokok dalam-dalam dengan mata sedikit meram-melek seolah-olah terasa butul nikmatnya asap rokok tersebut. mataku menatapnya dengan trawangan yang kosong karena rasa kantuk yang mendalam usai pengkajian tersebut.

Mungkin dengan tatapanku yang kosong ditambah sedikit melamun tanpa tersadar arah wajahku menatap ke perempuan tersebut, karena merasa aku menatapnya kemudian ada respon darinya. lalu ia menegurku (Dengan nada sedikit menggoda), memang pada waktu didalam angkot hanya kami bertiga dengan sopir. lalu berlanjutlah percakapan kami....

Perempuan :" hai..... Kenapa mas??... "

karena sedang melamun, aku tersentak kaget lalu ku jawab
Saya : " Oh.. nga apa-apa".
Perempuan : "ML yu...?? nanti saya service habis , pokonya nga kecewa dech...
Saya : "Oh nga mba??.."
Perempuan : "Jangan panggil saya Mba!!, Panggil aja Lisa... Ayo doong sebelum pagi nich (Katanya)
Saya :" Nga ah Mba..." Jawabku pelan.

Tak berapa lama kemudian, aku berfikir kenapa dia mau melakukan itu?? apakah tidak takut dosa??... dalam hati ku bertanya-tanya. Lalu kuberanikan diri untuk bertanya langsung kepadanya, dari pada su'udzon.(Berperasanga buruk)

Saya :" Maaf mba??.... apakah mba lisa seorang pekerja sek komersial" (PSK) ??? (Tanya saya).
Perempuan : "Iya..." (Jawabnya santai tanpa ada rasa malu sedikitpun))
Saya : "Mba lisa tidak takut berdosa???...."
perempuan ; "kenapa takut??..!!" (Jawabnya).

lalu ku terdiam sejenak, dalam hatiku bertanya-tanya, Kok ada ya ?? orang yang jelas-jelas berbuat dosa dan menyadarinya tetapi ia tidak takut ,.... lalu ku bertanya lagi karena penasara apa motifasinya menjawab pertanyaan ku seperti itu..

Saya : (Dengan nada yang datar dan rendah ku bertanya kepadanya) " Mba lisa tidak takut terkena Aids ??? ....
Perempuan : "Kenapa juga harus takut" Jawabnya mudah..

Lalu ku semakin bingung dan penasaran, pertanyaan-pertanyanku dijawab dengan mudah dan entengnya, seperti seseorang yang tak takut sama sekali denga adzab dari Allah. Ku beranikan bertanya lagi.... Kali ini pertanyanku melalui pendekatan spiritual.

Saya : "Mba seorang yang beragam??"
Perempuan : "Ya .. Islam " jawabnya.
Saya : "Kenapa mba tidak takut sama sekali dengan dosa, padahal diajaran islam itu adalah perbuatan dosa besar (Tanyaku) ?? ... padahal mba sadar bahwa apa yang mba lakukan adalah sebuah pekerjaan yang sangat dilarang Allah..

Lalu dengan sedikit melotot perempuan tersebut menjawabnya dengan lantang.....

Perempuan : " Begini mas.... Kalau saya tidak menjual diri, anak dan ibu saya mau makan apa?? sedang kami hanya hidup bertiga, tidak ada yang mencari nafkah selain saya... Sedangkan para tetangga apa peduli meraka.... Mereka sibuk dengan urusan masing-masing, tidak peduli ketika kami lapar atau sakit.

Saya : " Maaf mba bukan bermaksud saya menyinggung perasaan mba, saya mohon maaf..." (Ucapku untu menenangkan dirinya...)

Kemudian tak berapa lama situasi mulai reda, ku beranikan diri untuk bertanya kembali, karena rasa penasaranku untuk mengetahui psykis perempuan tersebut agar saya benar-benar bisa menjiwai kondisinya..

Saya : "Maaf mba... sekali lagi ma'af...saya hanya ingin mengetahui alasan mba, semoga mba tidak marah kepada saya.... Bukankah ada pekerjaan lain selain pekerjaan ini.???.

Perempuan : Sambil menghisap rokonya ia Menjawab: " Pekerjaan apa lagi mas?? saya cuma lulusan SD, mau kerja apa?? Paling pembantu (Jawabnya), Mana cukup gajinya untuk membayar kontrakan, belum mensekolahkan anak dan menanggung orang tua yang hidup bersama saya, sedangkan suami pergi entah kemana meninggalkan saya berserta anak.

Saya : "Tidak takut kena aids,???.." Tanyaku mengulang pertanyaan diatas.

Perempuan :"Kalau saya kena Aids paling 5 samapi 10 tahun baru saya mati. Tapi bila tidak ada uang, 2 sampai 3 hari anak dan ibu saya mati kelaparan, dan itu pasti mas..." Jawabnya.
"Saya berbuat seperti ini karena untuk bertahan hidup, karena sampai hari ini hanya ini yang menjadi jalan keluarnya mas...!!??", Pemerintah mana mau memperhatikan rakyat kecil seperti saya, tetang-tetangga mana peduli dengan yang lainya, ustad dan pendeta ditempat saya, bisanya hanya mencaci dan memaki saya tanpa memberikan solusi, apakah mas bertanya seperti ini bisa memberikan solusi kepada saya???

Lalu ku terdiam dan duduk tertunduk malu karena tidak bisa menjawab pertanyaanya, tak lama kemudian perempuan tersebut menyetop mobilnya, lalu turun dan masuk gang, hilang bersama gelapnya malam....

Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya ku berfikir,tentang kejadian tersebut, bahkan sampai hari ini, inilah yang memotifasi perjuangan ku untuk mengembaikan kerajaan Allah (sistem khilafah ) agar anak cucuku bahkan generasi ummat manusia selanjutnya tidak mengalami hal tersebut, karena ku percaya ketika hukum (Din) Islam Tegak hal tersebut pasti tidak terjadi........ Karena Islam Menjadi rahmat bagi semesta alam khususnya manusia hingga mencapai kehidupan salam damai dan sejahterah.


Minggu, 11 April 2010

SNOUCK HURGRONJE

Pada Abad 19, Belanda menugaskan seorang cendikiawan, Dr.Snouck
Hurgronye, untuk mempelajari Aceh lebih mendalam dan mengetahui lebih jauh
tentang rakyat Aceh dalam upaya penaklukan negeri tersebut.

Kajiannya menjadi acuan strategi pemerintah kolonial Hindia Belanda
untuk menaklukan Aceh dan daerah Nusantara lainnya.

Dr.Snouck menjelajah Aceh pedalaman selama 2 tahun yg kemudian memberikan
petunjuknya kepada Van Heutz, Gubernur militer Aceh (1898-1904) supaya golongan
Keumala (Sultan Keumala) dikesampingkan. Yang harus diserang adalah golongan
Ulama, dimana ulamalah yg menjadi motor penggerak pergerakan perlawanan.

Gerakan perlawanan yg dipimpin para Ulama tersebut sedemikian militannya
hingga rakyat Aceh terlihat sebagai satu kekuatan perlawanan yg homogen
yg tidak pernah terkalahkan oleh Belanda meskipun hanya dengan taktik gerilya.

Dr.Snouck tahu benar, rakyat Aceh harus diambil hatinya dan dijauhi dari golongan
Ulama Islam garis keras yg selalu bercita2 revolusi dengan pergerakan perlawanan
terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Dengan nasihat Dr.Snouck, Belanda membangun jembatan2, Irigasi, Jalan2, serta
Masjid2 yg semakin diperbanyak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati
rakyat Aceh dan memenjarakan wacana dan ruang lingkup kaum muslim
menjadi hanya seluas masjid.

Ia bukan hanya menjadi penasihat Gubernur,
tetapi juga melakukan upaya pendekatan langsung kelapangan terhadap Islam moderat.

Pengetahuannya terhadap Islam memberikan inspirasi untuk memperkuat
pemahaman sekuler terhadap kalangan Islam moderat.

Tidak hanya itu, Dr.Snouck lah yg menjadi Kepala Perkumpulan Ulama buatan
Belanda yg banyak memberikan fatwa sunnah terhadap ritual seperti wirid dan tahlil
yg bercampur dengan tradisi lokal yg klenik, fatwa makruh memiliki Al-Qur'an
bertafsir dan fatwa larangan khotbah Jum'at di Masjid dgn bahasa lain
selain bahasa Arab.

Dr.Snouck juga berhasil menyusup pergi Haji. Catatannya yg berjudul
Het Mekkaansche Feets (Perayaan Mekah, 1880) menjadi disertasi gelar Doktornya
di Universitas Leiden.

Beberapa bulan di Mesir, kemudian Snouck belajar Alquran di Jeddah.
Pada 21 Februari 1885, dengan menunggang unta dan ditemani seseorang dari Jawa,
dari Jeddah ia bertolak ke Mekah. Ia ke sana setelah mendapat rekomendasi dari
konsul Belanda di Jeddah.

Dikalangan Islam moderat, Dr.Snouck dikenal sebagai seorang mu'alaf yg pulang
Haji, yg tanpa disadari mengajarkan dikotomi terhadap Islam, mengkebiri
nilai Jihad, dan menjauhkan wacana dari revolusi, karena wacana inilah yg
menyulitkan penaklukan Aceh dan wilayah Hindia Belanda lainnya.

Sebaliknya, Dr.Snouck mengakomodasi golongan Keumala dengan fasilitas
infrastruktur yg dibangun, dan golongan Islam moderat dengan membangun masjid2,
menyebarkan wacana perdamaian, dan wacana suffi zuhud (menjauhi dunia)
yg selalu berorientasi akhirat, dengan tujuan tak lain membangun sikap pasrah
terhadap takdir kolonialisme kafir.

Bukan hanya di Aceh, kajiannya terhadap perkembangan pesantren2 di Jawa juga
merupakan hasil seleksi dari nasihatnya kepada pemerintah Hinda Belanda.
Belanda tidak menganggap gerakan2 pesantren di Jawa Timur yg berhaluan
moderat sebagai ancaman, meskipun beberapa di Tasik-Jawa Barat langsung
diberantas karena berakar perlawanan.

Snouck, pemuda kurus berjanggut ini pernah tinggal di kota Mekah dengan nama
Abdul Ghaffar (Hamba yang Pemaaf). Orang banyak yang menyangka Snouck
memang sudah memeluk agama Islam. Pendapat itu disanggah Daniel van der Meulen,
seorang penganut ajaran Calvin. Menurutnya, Snouck tetaplah seorang Kristen sampai
dia meninggal dunia (1857-1936).

Blogers, strategi penyusupan Snouck Hurgronye bukan yg pertama dan
luar biasa yg dilakukan oleh orang Kafir, tetapi merupakan strategi spionase
klasik dalam sebuah upaya penganiayaan atau upaya pembusukan ajaran Tuhan.

Penyusupan ini bertujuan memberikan orang sebuah pelajaran mematikan.
Pelajaran itu bernama Pelajaran Tak Berdaya. Orang diberi pemahaman untuk tak berdaya.
Orang jadi nrimo atas nasib yg menimpa mereka.
Orang jadi ikhlas atas nasib bangsanya sebagai sebuah takdir Ilahiah.
Hingga pada akhirnya, tak kan ada perlawanan yg revolusioner, akibat akar keyakinannya
sudah tak lagi membahayakan kepentingan para penindas.

Jika anda perhatikan bagaimana sejarah Roma menguasai daerah2 jajahan,
terlihat strategi pembusukan yg sama, yg dilakukan oleh Paulus yg moderat
terhadap gerakan Jesus yg revolusioner, yg kini menjadikan ajaran Jesus
seperti sebuah ajaran moderat-sekuler.

Akibat penyusupan oleh Paulus dan pembusukannya terhadap ajaran Jesus,
sosok Jesus sang Pembebas (Mesias) - berubah menjadi sosok suci sang penebus dosa.

Sejarah dan Al-Kitab mencatat jelas2 Jesus bersama kaum Nazarea.
Orang2 Nazarea dan kaum Zelot seperti Petrus dan Yohanes yg
dicambuk karena dianggap subversif oleh Roma, Yakobus yg melancarkan
gerilya yg kemudian tertangkap dan dipancung oleh Roma, adalah pejuang2
revolusioner sejati yg keras terhadap penguasa Roma.

Demikian juga dengan Muhammad. Akbibat penyusupan dan pembusukan
oleh Snouck dan manusia2 sejenis Snouck dan Yudas yg jumlahnya ribuan,
pemahaman kita terhadap sosok Muhammad sbg pejuang revolusioner -
berubah menjadi sosok manusia suci.

Padahal, dalam jangka waktu 13 tahun, Muhammad perang lebih dari 40 kali.
Jelas2 Muhammad adalah sosok pejuang revolusioner,
bukan sosok moderat dengan baju gamis.

Jika anda perhatikan Kitab Suci,
Adakah Nabi yg bukan pejuang Kerajaan Allah ?
Adakah Nabi yg tidak punya musuh ?
Adakah Nabi yg menerima saja keadaan sebagai nasib dari Tuhan?
Atau mengajarkan manusia untuk bisa ikhlas atas segala sesuatu yg menimpa?

Tidak saudara !
Buktikan kepada saya !
Dan Kitab suci sendir telah membuktikan bahwa para Nabi adalah pejuang pembebas.

Musa, pembebas bangsa Israel dari cengkraman penindasan Fir'aun.
Jesus, jelas2 julukannya adalah pembebas orang Yahudi yg kemudian menjadi Raja orang Yahudi.
Muhammad adalah pembebas masyarakat Mekkah dari Jahiliah (Kebodohan).
Masih belum jelas jugakah bahwa mereka adalah pemberontak zaman?

Tapi ya semonggo,,, kalo maunya ngikutin Snouck, menerima nasib sebagai kehendak Tuhan.
Menerima penindasan dan kebodohan sebagai kehendak Tuhan.
Menganggap nasib anda di tangan Tuhan.
Dan terjajah oleh bangsa yg lebih maju adalah kemauan Tuhan.

MEMAHAMI DAN MENYIKAPI TRADISI TU[H]AN

Tuhan memiliki tradisi dalam mencipta dan merawat setiap makhluknya di jagat raya ini. Tradisi itu akan berulang dan tetap terjaga serta tidak pernah berubah karakternya sedikitpun. Karena ia berulang dengan porsi karakter yang sama, maka tradisi Tuhan ini dapat dipahami sebagai sebuah hukum yang berlaku bagi alam semesta dan isinya. Menguapnya air jika dipanaskan dalam suhu 100 derajat celcius, hukum gravitasi, tsunami, gempa bumi, dan berbagai gejala alam yang terjadi, semua itu adalah bagian dari tradisi Tuhan. Tradisi Tuhan juga berlaku pada komunitas manusia. Adanya kematian dan kelahiran, adanya perbuatan baik dan jahat, tumbuh dan hilangnya sebuah kekuasaan, serta naik turunnya peradaban manusia adalah sebuah fenomena yang sesungguhnya dapat dipahami sebagai tradisi Tuhan yang terus terjadi secara simultan.

Penciptaan dan perkembangan dalam alam adalah sebangun dengan dinamika peradaban manusia. Ada pelajaran yang Tuhan ingin sampaikan kepada manusia; bahwa jika ingin membangun sebuah komunitas yang solid maka tirulah bagaimana alam semesta senantiasa mencapai titik keseimbangan.
Menurut bahasa Arab, tradisi tuhan ini dikenal dengan kata Sunnatullah yang berasal dari kata Sunnah dan Allah. Sunnatullah adalah hukum Allah yang berproses pada alam dan kehidupan manusia yang bersifat pasti dan berlangsung sepanjang masa tanpa perubahan atau penyimpangan.

Pada kehidupan manusia, Tuhan memiliki karakter untuk menghidupkan dan mematikan sebuah peradaban. Ada kalanya sebuah peradaban itu berjaya hingga mencapai titik keemasannya, dan ada pula saatnya peradaban itu terpuruk menuju kehancuran. Tradisi Tuhan ini sering dilalaikan oleh komunitas yang peradabannya dahulu pernah mencapai kejayaan. Adanya arogansi antara umat agama semit yaitu Yahudi, Nasrani dan Muslim, dikarenakan kurang memahami jalannya tradisi Tuhan. Padahal sesungguhnya ketiga kaum itu diikat oleh satu visi dan misi yang diemban oleh para pendahulunya; yakni memurnikan pengabdian hanya kepada Tuhan saja.

Agama-agama tadi jika ditelusuri berasal dari satu sumber yang populer yaitu Abraham atau Ibrahim sebagai founding father nya. Ia banyak disebut dan dipuji dalam kitab-kitab suci baik Taurat, Injil dan Alquran sebagai bapak/pemimpin dari banyak orang. Pada jaman Abraham, umat binaannya tidak bergolong-golongan, tetapi mengusung kesatuan visi dan misi untuk mengabdi kepada sang Pencipta. Ia sering disebut dengan Yahweh oleh kaum Yahudi, El oleh kaum Nasrani, dan Allah oleh kaum Muslim. Perbedaan penyebutan disebabkan karena perbedaan dialek diantara rumpun semit tadi. Tetapi umat yang dahulu dipimpin oleh Abraham hanya mengenal satu konsep pengabdian (monoteistik) dan tidak terpecah-pecah.

Abraham memiliki 2 anak yakni Ismael dan Ishak. Ismael sebagai anak pertama ditugasi Abraham untuk menyebarkan konsep monotheis terpisah dari saudaranya Ishak. Sedangkan Ishak sebagai anak kedua memiliki tugas untuk mendapatkan Tanah Perjanjian yang dahulu dijanjikan oleh Tuhan kepada Abraham, yaitu Kanaan atau Palestina. Tanah Perjanjian itu didapat melalui kepemimpinan Yoshua sebagai panglima tentara bani Israil rintisan Musa. Semenjak itu kepemimpinan dunia dipegang oleh Ishak melalui keturunannya bani Israil yang bertebaran dari mulai daerah Yericho, Hebron, Libanon, Araba-Yordania, Gaza, sebelah timur laut Arab (Laut Asin), dan Negeri Palestina. Maka menurut kitab suci, tanah Palestina itu sebenarnya Tuhan peruntukan bagi bani Israil pimpinan nabi Musa yang dahulu terusir dari Mesir oleh raja Fir’aun. Hingga bani Israil dapat berjaya selama 7 abad.

Ada dua kali bani Israil mendapatkan kesempatan untuk memegang mandat kepemimpinan dunia; Yaitu pada jaman Musa melalui tangan Yoshua, dan untuk kedua kalinya melalui tangan Yesus. Deskripsi kemenangan Yesus sangat jelas dinyatakan dalam Taurat dan Injil; bahwa Yesus sebagai utusan Nya berhasil menegakkan kembali bangunan Tuhan secara faktual sebagaimana jaman Musa dan Yoshua. Keberhasilan ini juga dinyatakan dengan tegas dalam Alquran sebagai kitab suci penerus dari Taurat, Mazmur (Zabur) dan Injil. Karena memang ada hubungan antara kitab suci-kitab suci tadi yang dijadikan sebagai pegangan oleh para utusan Nya. Ternyata ketika Yerussalem tegak, keturunan bani Ismael dilibatkan dalam dinamika kejayaan bangunan Tuhan yang dipimpin oleh bani Israil. Mereka saling bekerjasama dalam berbagai bidang untuk memperteguh karakter Tuhan pada komunitas manusia. Dengan kerjasama itu maka tercapailah perdamaian dunia menuju kepada satu visi dan misi pengabdian kepada Tuhan.

Hingga ada saatnya mandat itu dicabut dan dilimpahkan kepada keturunan Ismael dengan pelopornya yakni Muhammad. Dan ketika bani Ismael mendapat mandat untuk memimpin dunia, mereka juga merangkul bani Israil sebagai elemen penting dalam bangunan Tuhan. Maka perdamaian dunia dapat terwujud kembali sebagaimana pada jaman Musa dan Yesus. Karena perdamaian dunia hanya bisa dicapai apabila kedua keturunan Abraham ini bersatu dan saling bekerjasama, bukan mengedepankan kesombongan sektarian yang akan berujung kepada kerusakan dan kenistaan.

Bagaimana kisah bangunan Tuhan yang diperjuangkan oleh keturunan Ismael selanjutnya? Apakah hingga hari ini masih memimpin dunia? Bagaimana dengan kenyataan tertindasnya mereka dikancah perpolitikan dunia?Buku ini mengajak pembaca untuk memahami dan menyikapi tradisi Tuhan, sehingga dapat mencerdasi bagaimana sikap yang harus diambil agar perdamaian dunia dapat terwujud kembali. Dan menurut tradisi Nya bangunan Tuhan akan kembali tegak dalam waktu dekat ini, karena tradisi Tuhan terus bergulir hingga detik ini.

Diposkan oleh DERMAGA-WACANA

copas :
http://tahun2012.com/article/14460/tahun2012--buku-terlaris-abad-ini-.html

Sabtu, 10 April 2010

IBLIS ADALAH UTUSAN TU[H]AN

“Dan ingatlah ketika Kami berfirman KEPADA PARA MALAIKAT: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali IBLIS; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”

Perintah sujud kepada Adam yang difirmankan Tuhan ditujukan kepada para malaikat, bukan yang lainnya. Pada fragmentasi ini hanya ada dua pihak yakni Tuhan, dan para Malaikat. Namun ada sosok yang membangkang atas perintah itu, ia adalah Iblis. Dikarenakan malaikat itu tidak mengerjakan apa yang diperintah Nya, maka ia dikatergorikan oleh Tuhan sebagai iblis.

Tuhan murka kepada iblis karenanya. Tetapi iblis meminta izin Tuhan untuk diberi tangguh sampai pada hari dimana manusia dibangkitkan. Dan karena Tuhan telah mencap iblis sebagai figur yang sesat, maka ia akan menjadikan manusia-manusia yang mengikutinya memandang baik perbuatan maksiat yang mereka lakukan.

Ada dua jalan yang Tuhan sediakan kepada manusia; yakni jalan kebenaran, dan jalan yang dimurkai Nya. Pada jalan kebenaran, manusia2 yang memilihnya dibina hanya oleh Air dari Nya. Dan didalam memperoleh air itu, Ia mengutus seseorang yang dipilihnya sebagai figur yang dipilih Nya untuk menampung Air. Tanpa figur itu, Ia tidak akan menurunkan Air. Karena hanya figur itulah yang dapat mencapai frekwensi Nya. Mereka yang ada di jalan kebenaran akan menjadi sebuah komunitas yang solid, tidak terpecah menjadi golongan-golongan. Merekalah yang diutus pada zamannya sebagai founding father yang muncul disetiap kebangkitan peradaban.

Di dalam jalan kebenaran, mereka hanya menjadikan Tuhan sebagai pemimpin hidupnya. Pengabdiannya hanya ditujukan kepada Nya. Kerjanya, tidurnya, makannya, nafasnya, tidak lain untu terus menyamakan visi dan misi menjadi orang-orang yang akan menyambut datang Nya Tuhan di muka bumi. Mereka tidak mencuri, tidak berzinah, tidak membunuh anak-anak, tidak berdusta, tidak mengambil tuan-tuan lain selain Tuhan. Mereka sangat taat kepada perintah dan menjauhi larangan Nya. Mereka itulah yang menempuh jalan yang lurus; jalan yang diberi nikmat ke atasnya. Sebuah jalan yang dicari oleh setiap manusia.


Sedangkan pada jalan yang dimurkai Nya, makanan yang dikonsumsi berasal dari Iblis yang tadi telah menaruh dendam untuk menyesatkan manusia dengan membuat orang yang mengikutinya menjadi memandang benar apa yang dikerjakannya, padahal ujung dari perbuatannya tidak lain sebuah siksaan yang menistakan.

Perbuatan-perbuatan yang dianggap benar oleh mereka sangat mirip dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam jalan kebenaran. Mereka melakukan ritual juga, berbuat baik juga, menderma pada orang miskin juga, berjuang juga. Tetapi karena yang membina mereka adalah ajaran Iblis menyesatkan, maka orientasi tujuan hidupnya menjadi kacau. Sekali menjadikan Tuhan sebagai tuan, tetapi dilain kesempatan menjadikan yang lainnya sebagai tuan. Di satu sisi menjadikan Tuhan sebagai pengabdian, tetapi dibelahan lain mengabdi kepada perutnya.

Ketika manusia menjadikan tuan-tuan lain disamping Tuhan, itulah makna dari perzinahan besar. Tuhan tidak mau jika disaingi dengan tuan-tuan yang lain, Tuhan sangat pencemburu. Akibat dari penyesatan iblis, mereka tidak mengetahui untuk apa mereka hidup, tugas apa yang sesungguhnya Tuhan embankan kepada manusia. Mereka tidak mengenal Tuhannya. Petunjuk-petunjuk hidup yang diturunkan Nya dijual dengan harga yang murah. Murah karena apa yang ditujunya tidak sebanding dengan peruntukan dalam manual book Nya.

Apa indikator untuk mengenal kedua jalan ini? Mereka yang berada di jalan lurus-benar akan melakoni skenario orang-orang taat yang dikisahkan dalam kitab suci secara struktural, tanpa terkecuali. Sedang mereka yang berada pada jalan yang dimurkai Nya melakoni peran orang-orang durhaka yang juga diceritakan dalam kitab suci.

Jalan kebenaran dipimpin oleh Tuhan dengan mengutus para Nabi dan Rasul, sedangkan jalan yang dimurkai Nya dipimpin oleh iblis. Maka para Nabi dan Rasul adalah figur yang Tuhan utus untuk memimpin orang-orang yang taat kepada Nya, sedang iblis menjadi figur yang Tuhan utus untuk memimpin orang-orang dalam jalan yang dimurkai Nya.

Kedua jalan ini saling silih berganti menjadi penguasa di muka bumi karena itu merupakan tradisi Nya. Sebuah kebiasaan yang terpelihara dan akan terus berulang pada setiap zaman. Ada terang, ada gelap. Ada kekuatan kebenaran, ada kekuatan Iblis, Semua ada saatnya, ada batas waktunya. Tinggal kita harus dapat mencerdasi, apakah saat ini jalan kebenaran yang menguasai bumi, atau jalan yang dimurkai Nya yang berkuasa.

Kedua jalan ini terbuka lebar di depan mata untuk ditempuh; Apakah memilih jalan kebenaran dengan melakoni kisah orang-orang taat dalam kitab suci, atau nyaman dalam jalan yang dimurkai Nya dengan menjadikan materialistik sebagai tuan disamping Tuhan. Tetapi Tuhan telah berpesan, bahwa disaat jalan kebenaran muncul, maka jalan-jalan lain yang dipimpin iblis itu akan tunduk kepadanya. Iblis adalah utusan Tuhan juga, ia bisa menyamar untuk mengelabui manusia dari jalan kebenaran kepada jalan kesesatan

MANUSIA SEMPURNA

Dalam perjalanan kepribadian manusia, dia mengalami tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda dari sifat atau karakter, perkataan, serta perbuatannya. Keberadaan manusia di bumi tidak diciptakan begitu saja oleh Sang Pencipta, Dia menciptakan manusia dengan satu tujuan tertentu, tanpa diberi tahu kemana arah dan tujuan hidup ini manusia akan binasa. Dia menunjukan kepada manusia jalan hidup yang harus dilaluinya. ia (manusia) bebas memilihnya, apa akan mensyukuri atau mengingkari. Tidak ada paksaan di dalam memilih jalan hidup itu, yang berarti Sang Pencipta -netral-.

Tujuan dari petunjuk itu adalah demi kepentingan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan akhir periode penciptaan alam dunia, yaitu alam akhirat. Bagi yang memfungsikan petunjuk itu sebagai Nur atau Ilmu, manusia akan dapat melihat jalan keselamatan, dan bagi yang menyia-yiakan dia akan tersesat ke arah kebinasaan. Bila manusia menyia-yiakan petunjuk Sang Pencipta yang berfungsi menuntun perkembangan mental spiritualnya ke arah kesempurnaan, arah perkembangan itu akan membelok ke arah negative, menjadi makhluk perusak.

Kesempurnaan manusia bukan berada pada kemampuannya berfikir sebagaimana yang didefinisikan oleh orang-orang Jahiliyah (kaum materialis), yang menganggap kesempurnaan manusia karena dia mempunyai akal fikiran. Menurut Sang Pencipta kesempurnaan manusia sebagai ciptaan-Nya, tatkala manusia itu memahami dan meyakini kebenaran firman-firman-Nya, kemudian firman Tuhan itu menjadi tenaga penggerak bagi fikiran, perkataan, dan perbuatan.

Dengan demikian mengertilah kita bahwa manusia yang sempurna adalah manusia yang telah menjadikan firman Tuhan sebagai Ruh dalam dirinya. Sebaliknya manusia yang tidak faham dan tidak meyakini firman Tuhan, dia bukanlah manusia sempurna bahkan di mata Tuhan dipandang sebagai -manusia yang berada didunia orang mati-. Walaupun pada dasarnya tubuh manusia secara fisik atau biologis dirancang dengan sangat sempurna oleh Tuhan, sesuai dengan fitrahnya. Bahkan organ-organ tubuh itu sangat istimewa dan sangat rumit hingga mengungguli peralatan tercanggih di dunia ini.

Ada tertulis didalam kitab Tuhan : “ Maka tatkala Aku akan menyempurnakan ciptaan-Ku, yaitu manusia. Aku tiupkan kedalam dirinya Ruh-Ku”. Kata ditiupkan adalah istilah wahyu, karena ruh adalah firman Tuhan maka ditiupkan ruh artinya diajarkan firman Tuhan atau ilmu Tuhan yang akan menghidupkan umat manusia.

Apabila manusia menolak firman Tuhan dalam dirinya, maka dia berada di dalam dunia orang mati. Dia akan binasa dan tidak akan mencapai kehidupan yang kekal, karena dirinya hanya terdiri dari darah dan daging. Didalam kitab suci dikatakan : “tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati”, tentu saja yang dimaksud adalah bukan persamaan antara mayat dengan orang yang hidup, tetapi antara orang yang meyakini firman Tuhan dan orang yang menolak firman Tuhan didalam dirinya.

Di dalam Kitab suci juga di katakan “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan (Mat 4:4). “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya”. (Yak 1:22-26)

Apabila manusia hidup tanpa Firman Tuhan maka dia akan cenderung kepada tarikan kebinatangannya, bahkan lebih buruk dari binatang. Karena dirinya, otaknya, keinginan-keinginanya telah dikuasai oleh nafs nya (nafsu keduniaan, nafsu material), sedangkan nafs itu selalu cenderung kepada keburukan. Karena nafs itu berkuasa bagai raja didalam dirinya dan raja itu selalu memerintahkan fikiran manusia ke jalan yang buruk.”Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”. (Yusuf : 53)

Ada tertulis didalam Kitab suci : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al Jatsiyah : 23).
“Tahukah kamu tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (Al Furqaan : 43-44)

Karena dirinya telah berilah kepada hawa nafs -aku- menjadi ukuran kebenaran, sehingga tindakan-tindakan apapun yang memuaskan -aku- adalah kebenaran. Maka ukuran kebenaran adalah pragmatis, apa yang menurut dan menguntungkan -aku- itu adalah kebenaran. walaupun itu perbuatan jahat, tetapi tatkala memuaskan hawa nafsunya, maka hal itu dilihatnya sebagai perbuatan yang baik. Nafs atau -daya sadar diri- yang ada di dalam qolbu itu sifatnya sangat tergantung pada syahwat, yaitu kecenderungan pada daya hidup biologis yang bekerja dalam jasad manusia. Sehingga menjadi MANUSIA ROBOT yang tidak memiliki rasa (Emotional Quotient), manusia robot yang hanya melihat sesuatu berdasarkan angka-angka keuntungan materi.

Tercabutnya daya qolbu atau kemampuan qolbu untuk memahami kebenaran firman Tuhan (Spiritual Quotient) menyebabkan orang menjadi materialistic dan tamak akan harta. Dengan demikian eksistensinya sangat ditentukan oleh kepuasan syahwat. Jika seseorang memiliki sarana syahwat yang cukup dia akan mempertahankannya untuk jangka panjang ke depan, sehingga langkah penghematan dan deposito akan dia lakukan. Tetapi jika sarana syahwat tidak terpenuhi yang terjadi adalah kesusahan dan kegelisahan yang membuat hidupnya sangat menderita, oleh sebab itu manusia yang paling menderita adalah manusia materialis. Apabila dirinya kaya, dia akan menjadi kikir walaupun kepada dirinya sendiri (efficiency), dan jika terjadi resesi, dunia seperti akan kiamat.

Anggapan orang-orang atau kaum materialis yang beranggapan, tidak ada manusia yang sempurna didunia ini adalah SALAH!!. Kesempurnaan manusia bukan karena tubuhnya yang indah, bersih, seksi, atau menarik lawan jenisnya. Bukan juga karena memiliki harta yang melimpah, status social,jabatan yang tinggi, serta memiliki segalanya. Menurut Tuhan MANUSIA SEMPURNA adalah manusia yang terbebas dari jajahan hawa nafsunya dan mampu mendayagunakan ketiga sarana yang Tuhan berikan kepadanya, yaitu pendengaran, pengelihatan, dan akal fikiran untuk mempelajari firman-firman Tuhan. Memahami dan meyakini agar dia memiliki Ruh Sang Pencipta, Pengatur Semesta Alam

BANGSA JAHILIYAH

Sifat daripada kebudayaan adalah sesuatu yang berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dulu dianggap baik, belum tentu cocok untuk kehidupan 14 abad silam, tetapi untuk kehidupan masa kini, dimana hubungan antar bangsa sudah begitu rapat, system komunikasi yang begitu cepat, serta perkembangan teknologi dan science yang begitu maju, maka ide untuk kembali menempatkan ajaran Tuhan sebagai pedoman tata kehidupan umat manusia, menjadikan hukum-hukum Tuhan sebagai dasar hukum, menjadi ide yang tidak popular lagi. Satu-satunya langkah yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan ajaran tersebut adalah dengan jalan menempatkan pesan-pesan moralnya untuk dijadikan pelajaran budi pekerti, disamping hal-hal yang berhubungan dengan ritual sebagai aktivitas rohani, bagi kehidupan akhirat nanti. Demikian jalan pikiran jahiliyah modern dewasa ini.

Sepintas apabila orang mendengar kata jahiliyah, maka yang ada di benaknya langsung tertuju kepada -masyarakat- bangsa Arab kuno. Karena mereka hidup ditengah belantara padang pasir yang panas, gunung-gunung batu yang tandus serta sifat masyarakatnya yang nomaden. Mereka dinamakan masyarakat jahiliyah karena sifatnya yang kejam, bodoh, barbar dan mereka hidup dalam kabilah-kabilah eksklusif. Jika satu kabilah bertemu dengan kabilah lainnya di padang pasir, satu sama lain saling baku hantam. Mereka hidup dari berniaga, dari satu dusun ke dusun lainya. Dan ditengah jalan sering kali mereka dicegat penyamun yang merampok barang-barang dagangan mereka. Itulah jawaban di masyarakat umum tentang jahiliyah.

Mereka juga masyarakat yang tidak mengenal Tuhan Allah, yang mereka sembah adalah batu, arwah dan berhala-berhala yang ditempatkan disekitar rumah tua. Disekitar rumah tua itu terdapat lebih dari 300 macam patung yang disembah oleh tiap-tiap kabilah yang datang kerumah itu. Judi, miras, prostitusi, perampokan, tidak tahu tatakrama, sopan santun, penuh dengan perdukunan, dan pembunuhan adalah masalah-masalah biasa dan sudah menjadi kebudayaan mereka. Bahkan digambarkan karena sangat jahiliyahnya, ibadah haji dilakukan dengan telanjang, sholat dilakukan sambil bersiul dan bertepuk tangan. Demikian pendapat menurut definisi para sejarawan dan para ulama Ahlul Kitab Taurot, Injil, maupun Al Qur’an.

Itulah gambaran masal manusia tentang jahiliyah dan itu pula jawaban, mengapa agama Islam atau Nabi Muhammad diutus di Arab, dan bukan di Eropa, Cina atau di Indonesia. Dari pemahaman yang seperti ini, berkembang logic bahwa Nabi Muhammad diutus kepada bangsa Arab saat itu, untuk memperbaiki akhlak masyarakat bangsa Arab yang jahiliyah. Sedangkan bangsa-bangsa lain di Eropa, Asia Timur seperti Cina, Jepang, dan Indonesia tidak ada masalah, karena mereka adalah bangsa yang sudah maju dan memiliki peradaban yang luhur. Pengertian jahiliyah yang seperti ini sudah berkarat pada otak manusia pada umumnya, bahkan sudah mengakidah di hati umat yang katanya mengaku dirinya muslim. Bahkan sudah menjadi penyakit yang paling parah untuk bisa mengerti apa itu Islam secara proporsional.

Kalau makna jahiliyah diartikan seperti itu, maka alangkah rendahnya kitab-kitab Allah, Kitab Allah digambarkan sebagai konsumsi bagi orang-orang bodoh dan orang-orang yang tidak beragama. Taurot untuk bangsa-bangsa primitif dimana manusia belum sempurna akal fikirannya, Injil untuk bangsa-bangsa kuno dahulu kala, demikian juga Al Qur’an untuk bangsa padang pasir yang tidak berbudaya dan beradab. Itulah pengertian orang-orang jahiliyah tentang jahiliyah.

Secara etimologi, kata jahiliyah dari kata -jahal, jahil, jahala- yang berarti bodoh, sebagai lawan dari kata pandai. Dalam hubungan digunakannya kata ini di dalam Al Qur’an, maka pengertiannya menjadi khusus. Perhatikan ayat dibawah ini :

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Al Maaidah : 50).

Disini kata jahiliyah dihubungkan dengan masalah pilihan hukum. Allah sebagai Al Hakim yang maha bijaksana mempunyai hukum, hukum yang diciptakan Allah untuk manusia mempunyai tujuan mulia, yaitu membebaskan seseorang dari dosa atau kesalahan, agar orang tersebut kembali suci dan tidak keluar dari garis fitrahnya.

Allah sebagai Al kholik menciptakan semesta alam secara adil dan itu dapat disaksikan dalam kehidupan -mizan- pada benda-benda langit, dan merupakan implementasi dari hukum Allah, semuanya bebas dari campur tangan manusia. Secara nature atau fitrah, manusia dilahirkan bukan untuk mengatur, yang hak untuk mengatur makhluk adalah Sang Khalik. Makhluk tidak berwenang mengatur makhluk lainnya. Jika Rosul menghukum seseorang, itu dilakukan dalam kedudukannya selaku -mandataris- atas izin Allah bukan atas kemauannya sendiri. Inilah landasan Allah membuat hukum yang kemudian diperintahkan kepada Rosul dan Ulil Amri Mu’min untuk ditegakkan. Seorang Hakim dalam negeri harus tunduk kepada prinsip-prinsip keadilan, dia bukanlah hakim agung; diatasnya ada hakim yang lebih tinggi, yaitu Allah.

Sebenarnya didalam kitab-kitab Allah yang dimaksud dengan jahiliyah adalah tatkala manusia mengatur hidupnya bukan dengan hukum keadilan Allah. Tatkala bangsa-bangsa membuat hukum berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa, yang kemudian dijunjung tinggi oleh bangsa itu, itulah yang disebut dengan jahiliyah. Kalau jahiliyah diartikan dengan bodoh, itu memang ada benarnya. Tetapi bukan bodoh dalam arti tidak berbudaya, tidak bisa baca tulis atau tidak beragama. Dikatakan bodoh karena ada hukum Allah Yang Maha Adil, ada hukum Allah yang menciptakan alam semesta berdasarkan keadilan, ada hukum Allah yang merupakan fitrahnya manusia, hukum yang diciptakan oleh Allah untuk keadilan dan kesejahteraan manusia, untuk melindungi hak-hak azasi manusia dari kezoliman manusia lainnya, tetapi umat manusia mengkafirinya, kemudian membuat hukum sendiri berdasarkan konsensus bangsa.

Istilah -Jahiliyah- juga digunakan pada zaman Nabi Musa AS, yaitu kurang lebih 1500 tahun sebelum Nabi Muhammad. Kasusnya tetap sama yaitu keengganan umatnya ber-illah (berhukum) kepada Allah, perhatikanlah surat berikut :

“Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap mengabdi kepada -Asnaam-, mereka berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa -illah-". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu Ini adalah kaum yang Jahil" (Al A’raaf : 183).

Umat nabi Musa yang mengusulkan dibuatnya -illah illah- lain sebagai pengganti Allah, disebut jahil bukan karena mereka bodoh dalam arti lawan dari pandai; mereka disebut jahiliyah karena tidak mau ber-illah kepada Allah. Mereka lebih menyukai menggunakan hukum bikinan hawa nafsu manusia, bikinan penguasa-penguasa manusia, bikinan raja-raja manusia yang selalu menindas rakyat kecil. Tatkala orang-orang menolak hukum Allah dan mengambil hukum bikinan manusia, maka bangsa itu disebut jahiliyah. Kapan saja, dimana saja, siapa saja, sampai millennium kinipun apabila suatu bangsa membuat hukum sendiri, membuat kerajaan sendiri untuk mentegakkan hukum yang dibuatnya, dengan membuang hukum Allah, maka bangsa itu disebut bangsa jahiliyah. Sampai kapanpun bila manusia membuat hukum sendiri dan menolak hukum Allah, maka umat itu disebut umat jahiliyah. Terlepas dari apakah bangsa itu bangsa modern dari segi science dan teknologi, tetap saja bangsa itu disebut bangsa yang bodoh (Jahiliyah).

Lantas bagaimana masyarakat bangsa-bangsa di dunia hari ini, khususnya bangsa kita tercinta ini??
Salam…

ISLAM DAN BUDAYA TASAUF

Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta, rasa, dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya. Alam ini, di samping memberikan fasilitas yang indah, juga menghadirkan tantangan yang harus diatasi. Manusia tidak puas dengan hanya apa yang terdapat pada alam kebendaan. Manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita-citanya.

Budaya Islam yang disebarkan oleh para Nabi dan Rosul adalah Islam yang sejati, Islam yang original yang memancarkan budaya Islam Syar’i. yakni bentuk pemahaman dan pengamalan Nabi atas ajaran yang belum dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya lokal; akan tetapi justru mengubah budaya lokal yang pluralistik menjadi tauhid, yang hanya mencintai Allah saja. Sepanjang perjalanannya, penyebaran Islam selalu terbentur dengan budaya-budaya masyarakat lokal. Dalam interaksi Islam dan berbagai budaya lokal tentu terdapat kemungkinan Islam mewarnai, mengubah, mengolah, dan memperbaharui budaya lokal, tetapi mungkin pula Islam yang justru diwarnai oleh berbagai budaya lokal. Masalahnya disini, apakah para pendukung Islam yang aktif, atau malah sebaliknya para pendukung budaya lokal yang telah memahami ajaran Islam menurut kacamata warisan budaya lokal mereka. Melalui hal ini timbul proses lokalisasi unsur-unsur Islam yang kelak dalam sastra budaya melahirkan Islam Konservatif (tradisional). Begitu juga jika para ulama pendukung Islam yang aktif mengislamkan masyarakat, tentu yang muncul adalah budaya Islam Pesantren.

Di samping itu budaya umat manusia juga selalu berkembang dan dinamis. Karena itu, dalam interaksi budaya lokal dan budaya Islam tentu muncul dua budaya yang berbeda; budaya Islam yang original (progresif) dan budaya Islam yang tradisional (ekspresif-konservatif). Budaya Islam yang progresif adalah pengembangan cara berfikir ilmiah yang menghasilkan berbagai disiplin ilmu. Para pendukung kebudayaan progresif umumnya adalah pecinta ilmu pengetahuan, dan selalu tanggap terhadap unsur-unsur positif baik dalam budaya asing, untuk mendukung pengembangan, progresifitas, dan dinamika budaya Islam. karena mereka memandang kebudayaan sebagai proses yang selalu berkembang, sehingga wawasan merekapun dinamis. mereka memandang hasil budaya pada suatu zaman adalah bernilai untuk sementara waktu, dan pasti akan diganti oleh hasil budaya yang lebih unggul nilainya. Sedangkan puncak kebudayaan ekspresif bermuara pada kepercayaan mitologis dan mistik.

Para pendukung Islam ekspresif-konservatif umumnya bersikap statis dan tradisional, mereka menilai hasil kebudayaan sebagai sesuatu yang final. Mereka yang berwawasan tradisional kurang tanggap terhadap perlunya perubahan maupun penyesuaian budaya Islam terhadap kemajuan zaman. Misalnya, mereka menyayangkan ditinggalkannya budaya ruwatan, tayuban, tahlil, ziarah, wayangan dan sebagainya. Mereka khawatir anak-anak kini tidak bisa lagi menjalankan tradisi itu.

Ajaran Islam yang asli adalah bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah atau pengamalan yang dicontohkan oleh Rasulullah dari awal menerima wahyu sampai Dien Islam tegak. Pemahaman Islam yang utuh meliputi tiga aspek : Iman, Hijrah, Jihad. Inti sari Iman menurut perspektif Al Qur’an adalah pengesahan Allah; yang jernih, dan murni, serta tidak mengenal kompromi terhadap mitologi dan kemusyrikan. Islam menganut paham yang rasional dan jernih, yang menolak setiap bentuk kuasa rohani selain Allah. Islam sebagai ajaran dari Tuhan sangat menghargai logika penalaran; konsep ijtihad sebagai sumber dinamik sebagai pengembangan ajaran. Pendekatan ilmiah untuk mendinamisasi pengembangan ajaran adalah mutlak, tanpa hal ini ijtihad akan lumpuh, demikian pula tanpa pendekatan ilmiah, pemahaman terhadap konsep tauhid tidak akan jernih.

Sedangkan budaya islam konservatif atau tradisional berpangkal pada ajaran tasawuf atau sufisme yang berorientasi pada paham mistik. Mistisisme dalam islam dikenal dengan nama tasawuf dan oleh kaum orientalis barat disebut sufisme. Ajaran tasawuf ini tidak bisa menjadi dasar modal bagi kehidupan modern, apalagi di jadikan dasar untuk mengembangkan ajaran Islam yang murni berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. Ajaran Islam yang original sangat menekankan nilai moral idealis yang tinggi, bukan moral spiritual yang mistik. Tergusurnya moral spiritual yang idealis berarti tergusurnya jiwa keislaman, meskipun masih melaksanakan shalat lima waktu, zakah, puasa, haji. Dia punya islam, tetapi tidak menghayati Ruh keislamannya.

Ajaran tasawuf ini telah menjadi inti dari ajaran mistik yang berkembang selama berabad-abad bahkan sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Ajaran mistik ini telah lama berkembang dalam agama Hindu, Budha, Kristen, bahkan dalam filsafat Yunani kuno yang dikembangkan oleh NeoPlatonisme (427-347 SM). Ia juga telah menyebar di Timur Tengah, seperti Mesir, Syiria, Persia, Basrah, sampai mencakup daratan Eropa, Asia dan Afrika. Bahkan sampai hari ini ajaran tersebut masih mendominasi ajaran Islam yang murni, puncaknya pada abad ke-12 M, ia dikenal dalam islam sebagai ajaran tasawuf, dan para pengikutnya disebut sufi. Ajaran ini awal pertumbuhannya dikembangkan oleh para elite kerohanian, kemudian pada abad ke-13 M terjadi kemunduran pemikiran Ijtihad dalam Islam. Sebagai gantinya, ajaran tasawuf dengan berbagai tarekatnya menguasai pemikiran Islam. Kemunduran umat Islam ini disimbolkan oleh runtuhnya Kebudayaan intelektual Baghdad dan Cordoba, sehingga sejak abad 13 sampai abad ke-20 M, hingga hari ini pemikiran islam didominasi oleh ajaran sufisme dengan berbagai tarekat, khurafat, dan takhayul.

fakta historis juga mencatat bahwa ajaran -tasawuf, sufisme, mistis- adalah warisan agama Parsi kuno yang menyembah dewa-dewa (panganisme). Bahkan dipercaya, empat mazhab besar seperti Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah, dan Hambaliah menganut paham tasawuf. Mereka bukanlah orang yang hidup pada zaman nabi Muhammad, bahkan tidak pernah merasakan keras dan pahitnya perjuangan nabi. Mereka hidup sekitar 230 tahun atau 270 tahun setelah nabi yang agung wafat. Imam Muhammad Ismail Bukhari (846 M), imam Muslim Bin Hajjaj Al Qasheeri, Abu Abdullah Ibn Yazeed Ibn Majah, Sulaeman Abu Dawood, Imam Abu Musa Tirmizi, dan Abu Rahman Nisai, mereka datang dari kerajaan Persia yang dikalahkan oleh pasukan Islam. Serta Syaikh Muhammad Bin Yaqoob Bin Ishaq Al-Kulaini, Syaikh Abu Ja’far Ibn Ali Ibn Babwayhi Al-Qummi serta Syaikh Ibn Hassan Al-Toosi berasal dari Persia, tak satupun dari orang-orang ini yang orang Arab. Mereka semua orang majusi dari kerajaan Persia Sassanid yang sakit hati terhadap umat Islam akibat kekalahan mereka oleh pasukan Islam.

Para pengikut Majusi-Zoroastrian ini banyak diantara mereka memakai nama dan kedok muslim. motiv utama yaitu memecah belah umat muslim menjadi beberapa sekte, sehingga mendorong mereka untuk berselisih satu sama lainnya dan menjadikannya meninggalkan Al Qur’an. Mereka selalu sibuk mengeluarkan bid’ah-bid’ah pribadi dari teks-teks kitab suci, melegitimasinya dengan kedaulatan Tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul. Mereka adalah orang-orang yang Dimana kemunculannya seiring dengan mulai runtuhnya kebudayaan intelektual islam, dan budaya tasawuf mulai mendomionasi ajaran islam murni. Begitu juga dengan ulama-ulama atau imam-imam yang muncul pada masa kehancuran kekuasaan Islam yang berkedok sebagai domba, padahal mereka adalah serigala yang amat buas.

Akibat runtuhnya kebudayaan Islam serta para intelektualnya di Baghdad, Cordoba dan daerah-daerah Islam lainnya, maka kevakuman ini kemudian diisi oleh ajaran tasawuf; tetapi sayangnya, ajaran tasawuf adalah memistikkan ajaran Islam murni (Al Qur’an dan Sunnah). Sehingga mengubah citra islam menjadi ajaran yang mengembangkan budaya ultra ekspresif (budaya mistis-tasawuf). Ini berlawanan dengan ajaran islam Murni yang mengedepankan budaya yang progresif yakni penalaran logika-ilmiah yang merupakan ijtihad murni berdasarkan Kitab suci. Cara berfikir Sufisme lebih menomorsatukan paham animisme, ilmu gaib, dan tahayul. Ciri khas ajaran tasawuf-sufisme adalah menganut kepercayaan roh dan daya gaib yang bersifat aktif warisan nenek moyang yang tidak berlandaskan kepada Al Quran dan Sunnah. Prinsip roh aktif menurut mereka adalah bahwa roh orang mati tetap hidup dan bahkan menjadi sakti seperti dewa, bisa mencelakakan atau mensejahterakan masyarakat manusia. Dan roh gaib itu juga di yakini dapat membantu atau mengganggu kehidupan manusia, artinya dapat di manfaatkan.

Tentu hal ini menumbuhkan kelompok-kelompok pawang kebatinan, dukun, pendeta atau paranormal yang berfungsi sebagai perantara untuk bisa berhubungan langsung dengan roh dan kekuatan gaib tersebut. Jadi pola berfikir sufistik jelas menyimpang dari ajaran Islam, karena tidak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah serta pengalaman yang dicontohkan para Rasulullah. Ajaran tasawuf ini juga telah berkembang di nusantara; khususnya tanah jawa, jauh sebelum Islam masuk ke bumi nusantara. Dimana kerajaan Hindu dan Budha yang menganut paham mistisme sudah mengakar di masyarakatnya. Sudah menjadi hal yang lazim, setiap penguasa pasti mencoba menanamkan pahamnya kepada masyarakatnya. Sehingga ajaran Islam murnipun telah bercampur dengan ajaran tasawuf di tanah jawa. Bahkan para wali yang menyebarkan islam di tanah jawa pun dipercaya telah terkontaminasi oleh budaya lokal. Sehingga perlu diadakan evaluasi religi tasawuf-sufisme-mistis yang telah mengakar kuat semenjak zaman pra-sejarah di Indonesia, khususnya di Jawa.

Ajaran tasawuf memuncak pada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa melalui pengembangan ilmu pedukunan, ilmu klenik dengan rumusan lafal berbahasa Arab yang dipercayai berdaya magis. Demikian pula ilmu santet, ilmu tenung, adat istiadat kesukuan, upacara religi atau ritual-ritual, mantra-manta atau kidung-kidung untuk memohon bantuan roh nenek moyang dan menolak segala penyakit, merupakan warisan ilmu hitam nenek-moyang yang berkaitan dengan kepercayaan animisme, bukan warisan ajaran Islam yang yang di bawa oleh Rasulullah. Ajaran ini jelas-jelas menyimpang dari syariat Islam. Anehnya dalam masa transisi menuju modern ini, ilmu perdukunan dan jampi-jampi justru kian marak, dan bahkan sering dikaitkan dengan ilmu pijat urut dan sebagainya. Padahal bagi umat Islam, kepercayaan akan adanya roh dan daya gaib ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Pada intinya kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa ajaran tasawuf-sufisme-mistis bukan warisan ajaran Islam murni, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah serta tidak berlandaskan Al Quran dan Sunnah dan sesat menyesatkan.

Tuanku Allah Berbicara Bagikan

From Bible Yehezkiel,

Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: "Engkau, anak manusia, katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tanah Negeri: Berakhir! Berakhirlah keempat penjuru tanah itu. Kini kesudahanmu tiba dan Aku akan mencurahkan murka-Ku atasmu dan Aku akan menghakimi engkau selaras dengan tingkah lakumu dan Aku akan membalaskan kepadamu segala perbuatanmu yang keji. Aku tidak akan merasa sayang kepadamu dan tidak akan kenal belas kasihan, tetapi Aku akan membalaskan kepadamu selaras dengan tingkah lakumu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji akan tertimpa atasmu. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.

Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, bencana demi bencana akan datang! Kesudahan datang, kesudahanmu tiba, seakan-akan ia terbangun melawan engkau, lihat datangnya! Malapetaka datang atasmu, hai penduduk negeri! Waktunya datang, saatnya tiba! Hari huru-hara, bukan tempik sorak di atas gunung-gunung. Sekarang dengan segera Aku akan mencurahkan amarah-Ku atasmu dan melampiaskan murka-Ku kepadamu, Aku akan menghakimi engkau selaras dengan tingkah lakumu dan membalaskan kepadamu segala perbuatan-perbuatanmu yang keji.

Aku tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan; selaras dengan tingkah lakumu akan Kubalaskan kepadamu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji akan tertimpa atasmu. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Aku, TUHANlah, yang memusnahkan. Lihat, harinya sungguh datang: malapetaka akan menimpa, kelaliman bertunas, keangkuhan bertaruk. Kekerasan bersimaharajalela, yang menjadi penopang segala kejahatan. Tidak ada dari mereka yang tertinggal, baik dari kelimpahan mereka maupun dari kemewahannya; kemolekannya pun akan terhapus.

Waktunya datang, harinya mendekat! Biarlah si pembeli jangan bergembira dan biarlah si penjual jangan berdukacita, karena kehangatan murka tertimpa atas segala kegemparan mereka. Sebab si penjual tidak akan kembali kepada jualannya, kalaupun mereka masih di tengah-tengah orang hidup, karena kehangatan murka tertimpa atas segala kegemparan mereka dan tidak dapat ditahan lagi, dan seorang pun tidak dapat mempertahankan hidupnya oleh karena kesalahannya.

TUHAN telah menjalankan yang dirancangkan-Nya, Ia melaksanakan yang difirmankan-Nya, yang diperintahkan-Nya dahulu kala; Ia merusak tanpa belas kasihan, Ia menjadikan si seteru senang atas kamu, Ia meninggikan tanduk lawan-lawanmu. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN. Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya. Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan. Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan. Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.

Segala Puji Bagi Allah, Tuan Semesta Alam.

Allah Milik Siapa?

Ada tiga agama besar yang bertahan dan sampai hari ini menguat yang lahir di Timur Tengah : Secara kronologis, Yahudi, Kristen, dan Islam. Masing-masing mengaku punya punya jalur komunikasi unik dan istimewa dengan Sang Khalik. Masing-masing punya sapaan akrab sendiri-sendiri pula terhadap yang Ilahi. Di Indonesia ada orang mengangap Allah milik Islam, adapun Kristen dan Yahudi punya Yehovah. Kalau orang Kristen bilang Allah, itu saru, kata mereka.

Kata Allah memang berasal dari bahasa Arab, tapi itu tidak berarti hanya Islam yang mengenal istilah itu. Sudah sejak zaman prasejarah bangsa-bangsa dalam rumpun Semit, yang di dalamnya termasuk Arab dan Israel, mengenal kata itu dalam berbagai varian. Ada Allah, Ilah, El, Eloh, Elohim, Il , dst.

Bangsa Akad (peradaban tertua nomor dua, abad ke-24 sampai ke-22 SM, sesudah Sumeria, yang lahir di Mesopotamia atau Irak sekarang) mengenal Ilu, yang mungkin berarti ‘Yang Mahakuasa’ dan berkaitan dengan makna Terang. Kata ini sejak zaman kuno tersebar luas sehingga juga dikenal dalam bahasa-bahasa barat. Dari bahasa Inggris dan Latin, misalnya, kita ambil kata Iluminasi . Peradaban kuno Timur Tengah itu menganggap kekuasaan atas alam dan hidup manusia berasal dari atau berada dilangit dan bagi mereka, tidak ada benda langit yang tak bercahaya. Kepercayaan ini juga yang melahirkan astrologi, yang masih berlaku keras sampai sekarang.

Oleh bangsa-bangsa politeistik pada zaman sebelum Musa, El atau variannya disembah sebagai yang tertinggi, kepala atau bapa dari semua ilahi. Kata ini juga banyak dipakai sebagai bagian dari nama diri, misalnya Ismael (yang berarti: ‘El mendengarkan’) dan Israel (‘El berhasil’). Namun pada umumnya kata itu lebih dipakai sebagai nama generik, seperti cara kita sekarang pada umumnya memakai kata tuhan, ilah, atau dewa.

El juga dipakai dalam bentuk gabungan, misalnya, El Shadai (Allah Mahakuasa), El Elyon (Allah Maha tinggi), atau El Olam (Allah Mahakekal). Oleh penerjemah-penerjemah Alkitab Kristen Indonesia, kata Allah dipakai untuk menerjemahkan El, Eloh, atau Elohim (bahasa Ibrani) dan Theos, padanan bahasa Yunaninya. Umumnya orang Indonesia kenal kata theos sebagai bagian dari ateis. Theos sendiri masih berkaitan dengan kata dues dan Zeus (Latin) serta deva atau dewa (Sansekerta). Dalam bahasa Inggris kata God yang dipakai.

Dalam Alkitab Kristen bahasa Arab, yang dipakai orang-orang Arab Kristen, kata Allah juga dipakai. Dalam hal ini, kata itu tidak bisa dianggap terjemahan karena justru itulah aslinya, akarnya sama, hanya beda cara pengucapan atau pengembangannya dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab

Nama pribadi Sembahan orang Ibrani, dan kemudian orang Kristen, adalah Yahweh atau Yehovah. Kadang-kadang ditransliterasi sebagai YHWH karena, seperti bahasa-bahasa Semit lain, bahasa Ibrani sebetulnya tidak mengenal huruf hidup. Dalam bentuk pendek atau gabungan kata itu menjadi Yah atau Yahu atau Yo, seperti dalam Haleluya(h), yang berarti ‘mari puji Yah’, atau nama diri Yosua atau Yusak.

Arti Yahweh sendiri mungkin merupakan cerminan dari keunikan Allah sebagai satu-satunya yang patut disembah. Menurut Alkitab Ibrani, ketika Musa disuruh oleh “Allah nenek-moyangnya” membawa bangsanya keluar dari perbudakan di Mesir, dia memberanikan diri menanyakan nama-Nya. Jawabnya,“Aku adalah Aku”.

Menariknya, orang Israel tidak pernah menyuarakan nama pribadi Yahweh. Kalau bertemu tulisan itu , mereka membaca Adonai, yang barangkali bisa kita katakan adalah nama kehormatan, bermakna Tuan atau Tuhan.

Oleh Lembaga Alkitab Indonesia, nama Yahweh ini diterjemahkan TUHAN (semua huruf besar). Adapun kata Tuhan (hanya huruf pertama yang besar) dipakai untuk menerjemahkan Adonai (Ibrani) dan Kyrios (Yunani). Dalam bahasa Inggris padanannya ialah LORD atau Lord.

Dalam perkembangan sejarah, mula-mula orang Kristen Eropahlah, yang tidak mengenal bahasa-bahasa Timur Tengah, yang menganggap bahwa Allah Islam itu berbeda dari God mereka. Kini sebagian Muslim Indonesia menarik kebanggaan dari rasa eksklusivitas ini. Namun, sejarah perkembangan bahasa-bahasa tampaknya menunjukan bahwa dalam urusan ilahi, penganut-penganut agama-agama samawi ternyata masih bersaudara deka