KEBERSERAHAN DIRI


DAMAI SEJAHTERA

BLOG INI HANYA UNTUK MANUSIA YANG MENDAMBAKAN PERDAMAIAN DUNIA KHUSUSNYA ANAK-ANAK ABRAHAM AGAR TERCIPTANYA SEBUAH SYSTEM KEHIDUPAN KEBERSERAHAN DIRI, DAMAI DAN SEJAHTERAH

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat/firman (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tiada kita abdi kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Laman

Senin, 22 Maret 2010

MENCINTAI JIHAD

Memaknai JIHAD = Berjuang Melawan NAFS ?

Belakangan ini orang-orang disibukkan oleh satu tema diskusi yang tak berujung, yakni Relasi Jihad, dakwah dan Terorisme. Penulis tidak tertarik bicara soal terorisme ala Al Qaedah atau Nurdin Moh Top cs, atao dakwah ala MMI ato FPI, karena secara TEGAS penulis juga MENOLAK dan MENENTANG cara JIHAD dan dakwah yang seperti itu sama dengan anda dan umumnya ummat manusia hari ini, meski (mungkin) dengan alasan yang berbeda sudut pandangnya. 


Di Kalangan Muslim  diskusi ini kembali hangat dibicarakan di berbagai kesempatan dan tempat. Sejak kecil, saat penulis masih duduk di bangku SD hingga kini, penulis seringkali mendengar dari para juru dakwah dan ulama, baik di media elektronik maupun di masjid-masjid dan musholla, mengutip sabda Rasulullah Muhammad Saw yang konon disabdakan oleh beliau tatkala pulang dari perang Badar bersama para sahabatnya. Penulis yakin kalau para pembaca juga sudah sering mendengar riwayat ini. Inti dari isi riwayat itu adalah:


"KITA telah kembali dari perang yang kecil menuju jihad (perang) akbar. Apakah jihad (perang) akbar itu wahai Rasululloh? Jihad (perang) melawan Nafs."

Konon sabda ini diucapkan Rasululloh di saat bulan Ramadhan. Dari itu, para juru dakwah dan ulama pun memahami pernyataan Rasulullah tersebut dengan "Jihad Nafs" dalam kaitannya dengan orang-orang yang sedang berpuasa. Jadi yang mereka pahami dengan "Jihad Akbar = Jihad Nafs" itu semacam menahan hawa nafsu dari hal-hal yang dapat membatalkan (pahala) puasanya. Seperti menahan nafsu sesksual, nafsu makan dan minum di siang hari, dan semacamnya. Sedangkan Jihad selalu diartikan secara bahasa; berusaha dengan sungguh-sungguh. Karenanya, orang-orang yang sedang bekerja mencari rezki duniawi pun disebut jihad. Bukan dalam pengertian syar'i (hukum Allah). Secara personal, mungkin dapat diterima akal jika menahan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu tersebut adalah sebuah perjuangan yang tidak ringan alias berat. 

Lalu bagaimana sesungguhnya maksud sabda Nabi tersebut (Jihad Akbar = Jihad Nafs), jika dilihat secara syar'i sesuai sunnah-Nya? Apa yang dimaksud dengan Jihadun nafs oleh Nabi, terlebih jika dikaitkan dengan jihad yang dimaksud dalam Alquran dengan istilah Jihad dengan amwal (harta) dan anfus (diri). Jihad nafs bukan dalam pengertian diri pribadi tetapi berbicara soal eksistensi diri seseorang sebagai bagian dari satu kesatuan komunitas/ummat (anfusakum). Perang melawan nafs pribadi demi eksistensi "KITA". Jika seseorang lebih mementingkan kepentingan nafs pribadinya ketimbang kepentingan komunitas (ummat)-nya, maka dia berarti telah digelincirkan oleh nafs-nya yang senantiasa memerintah manusia ke arah yang suu' (jahat/buruk). Dia telah menjadi pecundang dalam Jihad nafs-nya. Orang-orang yang kalah perang. Bukankah kita harus mencintai JIHAD?


Seperti penegasan Alquran surat Yusuf (12): 53; "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 


Hal ini terkait erat dengan peringatan Ruhul Qudus dalam surat at Taubah (9): 24; Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."


Jadi, jihadun nafs (jihad akbar) itu adalah jihad di dalam memerangi kepentingan pribadi agar tidak keluar dari eksistensi komunitas. Menjaga kesatuan komunitas/ummat secara internal adalah sesuatu "perang yang sangat berat dan besar", yang kesemuanya dimulai dari "peperangan pribadi" sebagai bagian dari komunitas. Mempertahankan eksistensi pribadi dan mempertahankan eksistensi kesatuan komunitas/ummat (KITA) adalah wujud dari "perang besar" seperti yang ditegaskan oleh Muhammad kepada para sahabatnya yang baru pulang dari perang Badar. 

Bila merujuk kepada firman-NYa dalam Alquran, penggunaan kata "jihad" dan "qital" bukanlah dalam pernegertian bahasa tetapi dalam arti hukum (syar'i).

Sadarilah bahwa menyatukan qolbu (visi-misi) manusia ke dalam satu komunitas adalah anugerah yang tiada taranya; sesuatu yang tak ternilai oleh harta apapun bahkan oleh seluruh isi dunia sekalipun. Ruhul Qudus menegaskan, "Dan Yang mempersatukan qolbu mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan qolbu mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan qolbu mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."


Hanya Allah, Tuan semesta alam sajalah yang mampu menyatukan qolbu (visi-misi) pribadi-pribadi manusia. Tak ada manusia yang mampu menyatukan qolbu manusia lainnya. Ssuatu yang Tidak dapat dibeli dengan apapun juga. Semuanya adalah pekerjaan Allah, bukan pekerjaan manusia. "Laa hawla wa laa quwwata illa bi Allah". Dan syarat agar DIA dapat mempersatukan qolbu pribadi-pribadi tersebut dalam satu Komunitas/ummat adalah dimulai dari kemurnian, eksistensi, dan konsistensi visi-misi dari PEMIMPIN komunitas/ummat tersebut. Penataan sebuah komunitas/ummat secara internal adalah sesuatu yang sangat berat karena butuh usaha sungguh-sungguh di dalam membina masing-masing elksistensi nafs orang-orang di dalamnya. UANG/HARTA TIDAK DAPAT MENYATUKAN QOLBU MANUSIA. 

Demikian HIDANGAN ini agar dapat menjadi "MALAIKAT" dalam mencintai dan menjalani JIHAD AKBAR = JIHAD NAFS = Berjuang dengan sungguh-sungguh melawan ego pribadi… Selamat Berjuang!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar