KEBERSERAHAN DIRI


DAMAI SEJAHTERA

BLOG INI HANYA UNTUK MANUSIA YANG MENDAMBAKAN PERDAMAIAN DUNIA KHUSUSNYA ANAK-ANAK ABRAHAM AGAR TERCIPTANYA SEBUAH SYSTEM KEHIDUPAN KEBERSERAHAN DIRI, DAMAI DAN SEJAHTERAH

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat/firman (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tiada kita abdi kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Laman

Rabu, 17 Maret 2010

Pengertian Ad-Dien ≠ Agama


Para pemikir Barat tidak sepakat dalam memberikan definisi agama, masing-masing mendefinisikan agama dari sudut yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan dangkalnya pemahaman mereka terhadap agama. Dalam Encyclopedia of Philosophy, philosof-philosof terkenal memberikan definisi masing-masing, ada yang mengatakan agama itu tidak lebih daripada konsep morality / akhlak, ada juga yang mengatakan agama itu sesuatu yang menyentuh hal-hal ruhaniyyah / spiritual saja, ada pula yang mendefinisikan agama dengan ritual / upacara penyembahan.
Sejak abad ke 4 sebelum Masehi, falsafah adalah merupakan sumber pemikiran Barat. Plato dan Aristoteles sebagai nabinya berpendapat bahwa alam ini ada dengan sendirinya (Being qua being), tidak ada kaitan dengan kekuasaan tuhan. Kemudian pada abad ke 17 masehi Barat mengalami paradigm shift (perubahan paradigma) mereka tidak lagi berkiblat pada filsafat aristoteles dan plato, akan tetapi mereka mulai memberikan perhatian kepada filsafat yang baru muncul pada era enlightment, yaitu positivisme.
Dengan lahirnya paradigma yang dipelopori oleh Isaac Newton ini, metaphysic (yang dimana agama dimasukkan kedalam salah satu kategorinya) dipisahkan daripada sains. Sains dijadikan sesuatu yang mutlak, tidak diragukan kebenarannya karena sains dihasilkan melalui scientific methods (eksperimen, verifikasi dll.) sedangkan metaphysic dan agama menurut Hume adalah berdasarkan illusi semata-mata. Dengan keangkuhan mereka agama mulai disudutkan, agama dikatakan opium yang merusak manusia. Karena agama akan menjadi candu bagi manusia atau sebaliknya manusia akan kecanduan agama.
Dalam era inilah Sekularisasi dihasilkan sebagai senjata untuk melawan pengaruh agama terhadap manusia. Menurut Prof. al-Attas (ketua ISTAC) Sekularisasi adalah suatu program falsafah yang beroperasi untuk mematerialisasikan alam (disenchantment of nature) menafikan kesakralan politik (desacralization of politics) menghapuskan nilai-nilai luhur (deconsecration of values). Seorang sosiologis Jerman Max weber tidak menafikan hal ini bahkan dia menyimpulkan bahwa tujuan sekularisasi adalah untuk membebaskan alam manusia ini dari pengaruh petunjuk ajaran agama.
Tidak heran apabila kebanyakan pemeluk agama hanya menumpukan pada akhlak, spiritual, ritual dan masalah pahala. Yang orientasinya hanya sebatas personal. Agama menurut pandangan mereka harus terpisah dengan kehidupan nyata, agama tidak boleh mencampuri urusan politik, ekonomi dan sosial. Agama hanyalah tempat ritual yang dikunjungi pada waktu-waktu tertentu. Tetapi bagi ummat Islam apakah hal ini berlaku pada Islam? Sejauh manakah peranan agama dalam perspektif Islam dalam mengatur kehidupan manusia?
Secara Etimologi atau  kajian Bahasa
Agama dalam konsep Islam disebut Dien Kata Ad-Din berasal dari kata Daana, yadiinu, wa Diinan             (  دان يدين و دينا )  yang berarti tanggungan, hutang, keharusan penegakan peraturan. Ad-Din adalah hutang yang harus dibayar dan dipertanggung jawabkan, atau peraturan yang harus dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Arab disebutkan beberapa kemungkinan makna دين dalam Al-Qur’an diantaranya adalah : 1) السلطان والحكم (Assulthon wal hukum)= kekuasaan, 2) الطاعة = (Atto’ah) ketaatan, 3) الجزأ =(Al-Jaza) pembalasan, 4) العادة = (Al-A’daat)  kebiasaan, 5) الحساب =( A-Hisab)  perhitungan.
Penggunaan kata Ad-Din dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an mengungkapkan kata Ad-Din sebanyak 92 kali. Secara umum kata Ad-Din diungkap pada surat-surat Makiyah sebanyak 47 kali. Dan pada surat-surat Madaniyah sebanyak 45 kali. Melihat pengungkapan kata Ad-Din pada ayat Makiyah dan Madaniyah, maka dapat pula dikatakan bahwa porsi kata Ad-Din pada keduanya berimbang. Walaupun lebih banyak pada surat-surat Makiyah. Kondisi ini mengindisikasikan bahwa di Makkah dakwah Islam untuk memperkenalkan ajaran system hidup kehidupan yang dibawa Muhammad, sedangkan pada zaman Madaniyah lebih pada penataan atau pendalaman, aktualisasi tentang Hukum . Ad-Din.
Apabila mengkaji ad-Din dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dapat ditarikesimpulan bahwa kata Ad-Din mengandung empat makna yang saling terjalin satu sama lainnya dan tak dapat dipisahkan. Karena makna satu dengan makna yang lain saling menjelaskan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Makna-makna tersebut adalah sebagai berikut :
A.     Penyerahan Diri
إن الدين عند الله الإسلام وما اختلف الذين أوتوا الكتاب إلا من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بآيات الله فإن الله سريع الحساب
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 19)md.
Makna Ad-Din pada ayat diatas yakni, kepatuhan kepada Allah dan ketetapan-Nya, berikrar dengan ucapan dan hati tanpa rasa takabur, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain serta tidak pula berpaling dari-Nya. Aplikasinya dengan ibadah dan rendah diri (tunduk), taat pada perintah-Nya serta meninggalkan larangan-larangan-Nya.
قل إني أمرت أن أعبد الله مخلصا له الدين(11) وأمرت لأن أكون أول المسلمين(12)
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya mengabdi Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”.(Q.S. Az-Zumar [39]: 11-12)mk.
Dua ayat tersebut menjelaskan supaya manusia beribadah kepada Allah secara ikhlas. Penyembahan terhadap sesuatu hanya dapat terjadi karena seseorang merasa lebih lemah terhadap sesuatu yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sehingga, dengan penyembahan ini si lemah merasa mendapat perlindungan dan terhindar dari rasa kekhawatiran dan ketakutan.
Tegasnya, pada ayat tersebut bahwa seluruh alam semesta beserta isinya telah tunduk, taat, dan berserah diri pada kekuasaan Allah.
b. Kerajaan dan Kekuasaan
Perkataan dien juga mempunyai arti kerajaan (judicious power). Konsep ini sangat berkaitan dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan perkara paling penting dalam aqidah Muslim. Seseorang itu tidak diterima imannya dengan hanya percaya kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia hendaklah iman kepada Allah sebagai Ilah. Dan memperjuangkan bahwa hanya Allah lah yang berkuasa atau Allah sebagai Malik / raja di alam semesta ini khusunya didunia.  Ini bermakna Allah adalah satu-satunya Tu[h]an yang disembah, ditaati, Dialah penguasa dan Raja.
ما تعبدون من دونه إلا أسماء سميتموها أنتم وآبآؤكم ما أنزل الله بها من سلطان إن الحكم إلا لله أمر ألا تعبدوا إلا إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Qs: Yusuf:40)mk
قل يا أيها الناس إن كنتم في شك من ديني فلا أعبد الذين تعبدون من دون الله ولكن أعبد الله الذي يتوفاكم وأمرت أن أكون من المؤمنين
Katakanlah: “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman”,
Tauhid uluhiyyah ini yang membedakan musyrikin dengan mu’minin. Dari sinilah lahirnya Istilah al-hakimiyyah dimana seoarang muslim harus menerima Syari’at Allah dan tidak boleh tunduk kepada undang-undang buatan manusia. Karena Allah Yang maha bijaksana dan maha mengetahui telah menetapkan hukum syari’ah yang sesuai untuk manusia untuk ditegakkan dan dipatuhi.
c. Tunduk dan Patuh/Taat
الله الذي جعل لكم الأرض قرارا والسماء بناء وصوركم فأحسن صوركم ورزقكم من الطيبات ذلكم الله ربكم فتبارك الله رب العالمين(64) هو الحي لا إله إلا هو فادعوه مخلصين له الدين الحمد لله رب العالمين(65)
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-Mukmin [40]:64-65)mk.
Kedua ayat tersebut menjelaskan, bahwa Ad-Din hanyalah milik Allah semata yaitu kekuasan mutlak (absolute) untuk menciptakan langit, bumi dan seisinya. Atas kekuasaan-Nya pula Allah mengharuskan manusia untuk tunduk dan mentaati segala perintah-Nya. Dalam ayat lain disebutkan
أفغير دين الله يبغون وله أسلم من في السماوات والأرض طوعا وكرها وإليه يرجعون.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 83)md.
Dalam ayat ini jelas Allah menegaskan, bahwa kekuasaan-Nya bersifat mutlak harus dipatuhi dan ditaati oleh semua seluruh makhluq-Nya, baik sukarela maupun terpaksa. Ayat ini menunjukkan bahwa Ad-Din hanyalah milik Allah semata, diakui atau tidak oleh makhluq Ad-Din berlaku mutlak. Dan dari ayat diatas juga penagkuan bahwa ada din-din lain selai din Allah. Atau ada aturan-aturan lain selain aturan Tuhan semesta Allam.
d. Pertanggung Jawaban
Telah dijelaskan diatas bahwa kata Daana bisa menjadi Dain yang bermakna hutang. Dalam hal ini ia berkaitan erat dengan perwujudan manusia yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah al-Baqarah:245), manusia yang berasal dari ke-tiada-an (Qs: Al-Insan/Ad-Dahl) kemudian dicipta dan dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang tak terhingga.
Sebagai peminjam manusia sebenarnya tidak memiliki apa-apa, akan tetapi Pemilik sebenarnya adalah Allah S.W.T manusia hanyalah diamanahi untuk dipergunakan dalam ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa, manusia tidak dapat membayar hutangnya maka satu-satunya jalan untuk membalas budi adalah dengan beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana adalah tujuan daripada penciptaan manusia(al-Dhariyat:56) dan selanjutnya hutangpun harus dipertanggungjawabkan
إنما توعدون لصادق(5) وإن الدين لواقع(6)
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”. (Q.S. Adz Dzaariyat [51]: 51-56)mk.
Ayat ini menjelaskan kepada manusia kepada manusia bahwa semua yang dilakukan manusia baik/buruk, salah/benar akan mendapatkan pembalasan.
وما أدراك ما يوم الدين(17) ثم ما أدراك ما يوم الدين(18)يوم لا تملك نفس لنفس شيئا والأمر يومئذ لله(19)
“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”. (Q.S. Al-Infithar [82]: 17-19)mk.
Makna Ad-Din diatas menginformasikan kapada kita bahwa hari Pembalasan sangatlah adil. Pada hari itu manusia tidak bisa untuk menolong dirinya sendiri, hanya amal masing-masing yang menentukan dirinya, yaitu mendapatkan kebahagiaan disisi Allah atau akan mendapatkan kesengsaraan.
e. Fitrah untuk Menyempurnakan Tatanan Hidup
Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi fitrah manusia diciptakan mempunyai kecendrungan untuk percaya kepada perkara yang supernatural, percaya adanya Tu[h]an yang mengatur alam semesta dan kuasa ghaib tidak bisa apa yang dicerna oleh indera manusia. Inilah yang dinamakan dienul fitrah
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (al-Rum:30)
Islam adalah dien yang sesuai dengan fitrah manusia dan  manusia dijadikan oleh Allah sebagai makhluq sosial yang membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Maka mau tidak mau manusia harus berkerjasama didalam menata kehidupannya
Kata dana juga berubah menjadi Maddana, dari kata ini lahirlah istilah madinah dan madani, maddana yang bermakna membangun dan bermasyarakat, oleh karena itu madinah dan madani hanya boleh digunakan untuk masyarakat yang ber Dien Islam dan bukan sekuler. Dari pengertian ini juga kita lihat bahwa hal ini berkaitan erat dengan konsep khilafah dimana manusia telah diamanahkan oleh Allah sebagai khalifahNya di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan membangun kedamaian dalam bermasyarakat yang sesuai dengan keinginan Allah
وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (an-Nur:55)
Ma’rifat  Usuluddiin
Tugas Mu’min yang utama adalah mengaktualisasikan din yaitu dinul islam ciptaan Allah sebagai fitrahnya manusia, tugas menegakkan Dinul Islam bukan saja tugas para Nabi dan Rosul sebagaimana difahami orang selama ini.  Islam adalah fitrahya manusia sejak awal keberadaan manusia, dulu , kini, dan yang akan datang, din itu tidak pernah berubah dan selalu relevan sebagai mana pembahasan diatas Qs Arrum : 30.      Artinya manusia harus menjalani hidup diatas garis fitrahya itu agar dirinya maupun ummat manusia secara keseluruhan dapat meningkatkan kwalitas dirinya tahap demi tahap menuju tujuan akhir yaitu sebagai makhluk rahmatan lil alamin. Berbagai aspek peraturan hukum yang ada dalam din itu yang berupa perintah dan larangan bukan untuk membatasi kebebasan manusia, tetapi justru untuk menjaga jangan sampai manusia keluar dan menyimpang dari garis firanhya. Penyimpangan garis fitrahya itu membawa umat manusia menjadi satu model kehidupan fasad fil ard, yaitu kehidupan free figth atau kebebasan berkompetisi, yang berlandaskan hukum rimba. Yang kuat menindas yang lemah Dll (Lihat saja kehidupan sekarang).   Pengetahuan tentang dinul Islam yang ilmiyah disebut ma’rifat usuluddin yakni pemahaman tentang dasar-dasar din. Agar lebih mudah dalam memahaminya Allah menyederhanakan dalam bentuk amsal atau contoh konkrit :
Qs: 14 / 24-26   Apakah kalian tidak memperhatikan bagai mana Allah mencontohkan Kalimat Toyyibah seperti sebuah Pohon yang baik,pohon yang baik itu adalah pohon yang akarnya kokoh, batangnya menjulang kelangit dan menghasilkan buah pada setiap musim buah, dengan seizin Rob-Nya, demikian Allah membuat perumpamaan untuk manusia  dan dengan perumpamaan itu mereka akan selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yaitu pohon yang akarnya mencuat keatas tanah, sehingga ia tidak dapat berdiri tegak sedikitpun.
Dimaksud dengan kalimat toyyibah adalah satu system peribadatan atau system pengabdian kepada Allah, dan system itu adalah Addinul Islam, din yang di ibaratkan pohon mempunyai 3 Unsur dasar yaitu:
1.       Aqidah berfungsi sebagai akar Atau iman / Hukum. Rububiyah
Kata  Aqidah berasal dari kata Aqoda yang berarti buhul / ikatan atau simpul, dari kata ini istilah Aqdun yang berarti satu keyakinan yang bulat yang telah menjadi idiologi. Kedudukan Aqidah dalam Addinul Islam bagaikan akar sebuah pohon, akar yang baik adalah akar yang menghujam kedalam bumi, betapapun kuatnya angin menghempas batang pohon tetap berdiri diatas pangkalnya begitu pun sebaliknya pohon yang buruk akarnya mencuat ke permukaan tidak ada anginpun pohon itu akan roboh.  Keyakinan atau keimanan seseorang terhadap kebenaran tentang din islam sebagai satu-satunya yang diridhoi Allah.
2.       Ibadah yang berfungsi sebagai akar & Ranting / Pengamalan / Kekuasaan / Mulkiyah.
Pengertian ibadah menurut rumusan din sangat berbeda tentang pengertian menurut agama, sebagai mana batang dari sebuah pohon tidak dapat dipisahkan dari akar, demikian halnya ibadah tidak dapat dipisahkan dari Aqidah, bila akarnya akar duren maka batangnya adalah harus batang duren tidak bisa tidak,  demikian pula seperti manusia yang diamsalkan sebuah pohon bila aqidahya aqidah islam maka pengamalanya / ibadanya harus islam. Jika seseorang menyatakan aqidahnya islam berarti orang itu harus memenangkan islam, jika ibadahya bukan untuk memenangkan islam, mana ada akar duren berbatang kelapa artinya jika seseorang mengaku berdin Islam tetapi pengamalanya bukan untuk memenangkan islam berarti orang itu pohon duren palsu.
3.       Muamalah yang berpungsi sebagai Buah / hasil dari akar dan batang. / rakyah / Uluhiyah
Muamalah adalah hasil dari aqidah dan ibadah, makin kokoh sebuah akar maka makin tinggi dan subur batang dan rantingnya, dan itu adalah jaminan akan berbuah sebuah pohon pada setiap musimnya, sebuah pohon tidak akan berdiri tegak bahkan tidak dapat hidup tanpa tanah atau  areal tanam, areal tanam akan menjadi sarana wajib manakala sudah  membicarakan dimana tanaman itu akan ditanam.     
 SETIAP "DIN" MENGHENDAKI KEKUASAAN Jika masalah ini telah anda fahami benar-benar, maka fikiran anda dengan sendirinya akan sampai kepada kesimpulan yang pasti dan tidak boleh diperselisihkan, bahwa din apa pun juga yang ada, ia tentu menghendaki kekuasaan. Apakah itu din rakyat atau din raja-raja, atau din kaum komunis, atau din Tu[h]an, atau apapun juga yang lainnya. Bagaimanapun, setiap din memerlukan pemerintahan sendiri untuk menegakkan dirinya. Suatu din tanpa pemerintahan adalah separti rancangan sebuah bangunan yang ada dalam otak anda, tetapi bangunannya sendiri tidak ada di atas bumi. Apa gunanya sebuah bangunan yang ada dalam otak anda tetapi anda hidup dalam sebuah bangunan yang lain yang benar-benar telah didirikan? Anda masuk melalui pintunya dan keluar melalui pintunya pula. Anda berada di bawah atapnya dan dikelilingi oleh dinding-dindingnya. Anda harus mengatur tempat tinggal anda menurut binaannya. Jadi apa artinya,  anda hidup dalam sebuah bangunan dengan rancangan tertentu, tetapi dalam fikiran anda  kita hidup didalam sebuah rancangan lain yang berbeda modelnya? Tepat sesuai dengan contoh ini, maka tidak ada artinya semata-mata mempercayai dan meyakini bahwa sesuatu din adalah benar, sementara dalam  hidup kita menurut sebuah din yang lain.. Yang boleh disebut din yang sebenarnya, hanyalah yang setelah tegak di muka bumi, yang hukum-hukumnya dan peraturan-peraturannya diikuti dalam penyelenggaraan masalah-masalah kehidupan. Karena itu setiap din, sesuai dengan sifatnya yang asli, menuntut pemerintahan sendiri, dan suatu din hanyalah dimaksudkan untuk tujuan semata-mata agar hanya dialah saja yang menjadi objek peng'ibadatan, penghambaan penganut-penganutnya, dan syari'ahnya sajalah yang diberlakukan.
BEBERAPA CONTOH"DIN"  
DIN DEMOKRASI  Rakyat suatu negeri - adalah pemegang kedaulatan yang tartinggi di negara tersebut; bahwa mereka harus diperintah dengan syari'ah yang mereka buat sendiri, dan seluruh penduduk negeri itu harus menyatakan tunduk, patuh dan menghamba kepada penguasa demokratis mereka sendiri. Dan mereka meyakini bahwa suara rakyat adalah suara Tu[h]an.
"DIN" KERAJAAN Ambillah contoh din kerajaan. Tujuan dari mengapa din ini mengangkat seorang raja adalah sebagai pemegang pemerintahan yang tartinggi di negrinya, agar hanya raja itu sendiri yang dipatuhi dan hanya syari'ahnya sajalah yang dilaksanakan. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka percumalah mengakui raja itu sebagai raja dan menerimanya sebagai penguasa tartinggi. Apabila din selain kerajaan yang ditegakkan atau diberlakukan.
"DIN" INGGRIS Jangan kita lihat jauh-jauh. Lihatlah din Inggris yang sekarang merupakan din tanah Hindustan / india,  Din ini berkuasa karena KUHP India dan Kitab Prosedur Pengadilan Perdata dan Pidana India diwajibkan oleh penguasa Inggris. Seluruh masalah kehidupan diatur dan dilaksanakan menurut garis-garis yang telah ditetapkan oleh penguasa Inggris  dalam batas-batas yang telah mereka tetapkan, dan anda semua patuh pada perintah-perintah mereka. Selama din ini berkuasa dengan dukungan kekuatan mereka, walaupun anda beriman pada din lain, namun din anda itu tidak mempunyai tempat untuk ditegakkan. Tetapi KUHP India dan Kitab Prosedur Pengadilan Perdata dan Pidana India yang ada sekarang tidak lagi berlaku, maka apa artinya kata-kata din Inggris itu. Begitu juga tentang din yang ada di Indonesia yaitu produk hukum yang dibuat oleh Belanda baik Pidana maupun perdata (Burgerlijk white boek –Perdata  dan Wet boek van strafrecht- Pidana)                                                                                                                      
"DIN" ISLAM Inilah tepatnya kedudukan din Islam. Dasar dari din ini adalah bahwa hanya Allahlah Pemilik negeri dan Yang Berdaulat atas seluruh ummat manusia. Jadi, hanya Dia sajalah yang harus dipatuhi dan diabdi, dan seluruh masalah hidup manusia haruslah dilaksanakan menurut syari'ahNya. Prinsip, bahwa Allahlah yang memegang pemerintahan tertinggi,yang didelegasikan kepada Rosul sebagai kholifahfil ard yang dinyatakan Islam bertujuan semata-mata agar hanya kehendak Allah sajalah yang berlaku di dunia ini.Pengadilan haruslah dilaksanakan menurut syari'ahNya, dan kehakiman serta penguatkuasaan mestilah mengeluarkan perintah dan keputusan sesuai dengan perintahNya. Transaksi-transaksi ekonomi mesti dilaksanakan sesuai dengan hukum-hukum dan syari'ahNya. Pajak mesti dipungut menurut pengarahanNya dan dipergunakan untuk hal-hal yang telah ditetapkanNya. Para masul / pengurus dan Angkatan Bersenjata mesti bekerja sesuai dengan perintah-perintahNya, sementara seluruh kuasa, tenaga kerja dan usaha-usaha rakyat harus dipergunakan pada jalanNya. Dengan kata lain, hanya Allah saja yang harus ditakuti, kehidupan sehari-hari dan kebijakan mestilah dilaksanakan sebagaimana telah diajarkan olehNya. Seluruh warga negara harus patuh kepadaNya.  Dan semua orang harus setia kepadaNya saja. Jelas bahwa tujuan ini tidak akan dapat dipenuhi kecuali apabila kerajaan Allah didirikan. Bagaimana boleh kah din ini menerima persekutuan dengan din lainnya? Sebagaimana halnya dengan din-din lainnya, din Allah ini juga menuntut bahwa seluruh kekuasaan mesti dibawah kekuasaanya., dan semua din yang berlawanan dengannya mesti ditundukkan, kalau tidak ia tidak akan dapat menuntut kepatuhan rakyat, karena kalau din ini telah berlaku, maka tidak akan ada lagi din kerakyatan, kerajaan atau din kaum komunis. Pendeknya, tidak boleh ada din-din selain din Allah. Kalau din lainnya ada, din Islam tidak akan ada, dan dalam keadaan demikian akan mudahlah untuk mengakui bahwa din yang benar hanyalah din Islam. Inilah pokok masalah yang berulang kali ditekankan oleh al-Qur'an:"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus....."  (Al-Qur'an, al-Bayyi-nah, 98: 5) "Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur'an) dan din yang benar untuk dimenangkanNya atas segala din, walaupun orang-orang yang musyrik tidak menyukainya.  (Al-Qur'an, at-Taubah, :33)"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah, dan supaya din itu semata-mata bagi Allah.... “ (Al-Qur'an, al-Anfal, 8:39)"...Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah, Dia telah rnemerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia...."  (Al-Qur'an, Yusuf, 12:40)  ..Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepadaTuhannya." (Al-Qur'an, al-Kahfi, 18:110) "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut. itu. Dan kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untk dita'ati dengan seizinAllah..."                                                                                                      (Al-Qur'an, an-Nisa', 4:60,64) Dengan mengingati penjelasan yang telah saya berikan tentang 'ibadat, din dan syari'ah, tidaklah akan susah bagi anda semua untuk memahami apa yang dimaksud oleh al-Qur'an dalam ayat-ayat tersebut di atas.
Dan masih banyak din-din lain yang tidak dibahas dalam tulisan ini.
Kesimpulan
Dari kajian diatas agama menurut Islam seperti yang telah diterangkan diatas, maka jelaslah agama menurut sudut pandangan Islam sangat berbeda dengan persepsi manusia hari ini,(Dunia Barat dan dunia Timur) agama dalam Islam adalah cara hidup, cara berfikir, berideologi, dan bertindak (Sistem hidup kehidupan). Ad-Dien meliputi sistem-sistem politik, ekonomi, sosial, undang-undang dan ketata-negaraan Dll.  Dengan kata lain dien yaitu sebuah system hidup dan kehidupan.
Ad-Dien berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk masyarakat yang ideal, Ad-Dien menitik beratkan pembentukan moral dan spiritual  sebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga membangun masyarakat dan membina pemerintahan yang kukuh dan berwibawa dimata dunia karena orientasi daripada Din adalah maslah Hukum, Kekuasaan, Rakyat dan  territorial.. Inilah yang dinamakan Ad-dien menurut Islam, jadi apa yang dianggap agama oleh manusia  adalah bukan agama (tidak lengkap) menurut Islam, ataupun Islam bukan hanya sekadar agama dalam pengertian  yang sempit. Tetapi Islam adalah Ad-din.
makna Ad-Din bila dirangkai dalam suatu kalimat akan berbunyi sebagai berikut :
Ad-Din adalah undang-undang atau peraturan penguasa alam semesta untuk digunakan sebagai pedoman hidup yang ditaati, dipatuhi, dan dimintai pertanggung jawaban; kebaikan dibalas baik, keburukan dibalas buruk pula. Dengan definisi ini Ad-Din mencakup segala aspek hidup dan kehidupan.
Para ulama mendefinisikan Ad-Din sebagai sesuatu yang mampu mengatur segala kehidupan di dunia dan akhirat secara lengkap dan menyeluruh.
Sedang Agama hanya membuat manusia terkotak-kota karena dinding keyakinan yang mereka yakini bahwa agamanya saja yang paling benar.  ( lihat manusia-manusia yang mengaku beragama, mereka dituntun oleh rasa egosentrisnya bahwa agama mereka yang paling benar sehingga menimbulkan komplik antar ummat beragama kerena klaim kebenaran yang mereka yakini).
Islam Bukan agama tetapi Islam adalah Addien yaitu suatu system hidup dan kehidupan yang berserah diri, tunduk patuh dan taat terhadap undang-undang yang Maha Kuasa dan selaras dengan kehidupan Alam semesta, karena alam pada dasarnya sudah Islam. 
SALAM  DAMAI  SEJAHTERA………..

1 komentar: